Menuju konten utama

Sepak Bola Sore di Tanah Abang

sekelompok anak dan remaja bermain sepak bola di lapangan berlantai beton yang bopeng-bopeng. Beberapa di antara mereka bersandal dan sebagian yang lain tak mengenakan alas kaki.

Sepak Bola Sore di Tanah Abang
Bola yang digunakan berbahan plastik. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/09/17/SEPAK-BOLA-KAMPUNG-17--tirto.id--mac.JPG
Ekspresi keseriusan bermain. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/09/17/SEPAK-BOLA-KAMPUNG-16--tirto.id--mac.JPG
Pembatas lapangan sederhana dari kain kasa. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/09/17/SEPAK-BOLA-KAMPUNG-19--tirto.id--mac.JPG
Bola yang digunakan berbahan plastik. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/09/17/SEPAK-BOLA-KAMPUNG-18--tirto.id--mac.JPG
Hanya menggunakan sandal bahkan tanpa sandal. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/09/17/SEPAK-BOLA-KAMPUNG-10--tirto.id--mac.JPG
Menunggu giliran bermain. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/09/17/SEPAK-BOLA-KAMPUNG-15--tirto.id--mac.JPG
Papan klasemen pertandingan sesuai Klub Bola idola. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/09/17/SEPAK-BOLA-KAMPUNG-11--tirto.id--mac.JPG
Official Room ala kadarnya. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/09/17/SEPAK-BOLA-KAMPUNG-13--tirto.id--mac.JPG
Bermain di lahan-lahan terbatas di antara gedung pencakar langit. tirto.id/Arimacs Wilander
Penampilan timnas mungkin terlampau sering mengecewakan, pengelolaan liga nasional lebih kerap menerbitkan curiga ketimbang bangga, dan pejabat asosiasi sepak bola resmi bergiliran dipenjara karena melakukan rasuah, dan seterusnya, dan seterusnya, tetapi itu semua tak menyurutkan kecintaan masyarakat Indonesia pada sepak bola.

Tak sedikit orang yang rela berdesak-desakan membeli tiket pertandingan timnas (sambil dibentak-bentak tentara), datang ke stadion klub-klub pujaan, atau bangun pada dinihari untuk menonton pertandingan di televisi meski pekerjaan telah mengocok isi kepalanya seharian.

Di Tanah Abang, Jakarta, di balik gedung-gedung tinggi, ada sebidang tanah yang salah satu sisinya berbatasan dengan Kanal Banjir Barat dan sisi lainnya dengan tempat pembakaran sampah. Sejumlah remaja menjadikannya lapangan sepak bola. Mereka bermain dengan riang dan penuh semangat meski sewaktu-waktu mereka mungkin saja menginjak pecahan lampu atau ketiban sial harus memungut bola di sungai yang kotor.

Di kawasan yang sama, sekelompok anak dan remaja lain bermain sepak bola di lapangan berlantai beton yang bopeng-bopeng. Beberapa di antara mereka bersandal dan sebagian yang lain tak mengenakan alas kaki.

Orang yang memandang dari jauh mungkin akan menganggap situasi-situasi itu, yang jauh dari gambaran sepak bola profesional dengan segala perlengkapan dan keamanannya, menyedihkan. Namun, menyaksikannya dari dekat, yang nyata hanyalah kegembiraan.

Foto: Arimacs Wilande
Teks: Dea Anugrah
Baca juga artikel terkait SEPAK BOLA atau tulisan lainnya

Editor: Dadan Gustian