Penyebab kondisi ini karena ada fenomena anomali iklim La Ninadi Samudera Pasifik yang masih berpotensi memberi dampak peningkatan curah hujan di Indonesia.
Berdasar hasil monitoring yang dilakukan BMKG dari 13 kali di Sorowako dan sekitarnya dalam dua hari terakhir, 3 gempa di antaranya dirasakan oleh masyarakat, yaitu di Soroako, Nuha, dan Malili.
Berdasarkan data sebaran akitivitas gempa di Pulau Jawa sejak 2019 tampak bahwa wilayah Jawa Barat merupakan kawasan dengan aktivitas seismisitas paling aktif di Jawa Barat.
BMKG mengatakan hari ini Minggu (23/2/2020) hingga Senin (24/2/2020) beberapa daerah seperti Jakarta, Jogja, Jawa Barat hingga Papua berpotensi diguyur hujan lebat.
Beberapa wilayah yang berpotensi terjadi hujan lebat di antaranya Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogja, dan beberapa daerah lain di Indonesia.
Tingkat labilitas udara yang signifikan juga cukup berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Cuaca ekstrem dilihat dari pemicunya disebabkan oleh perubahan iklim dengan indikator-indikatornya seperti kenaikan suhu global dan kenaikan konsentrasi gas rumah kaca.
Pada 15-18 Januari 2020, BMKG memprediksi ada peningkatan potensi hujan dengan variasi intensitas ringan hingga lebat di Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Tangerang dan sebagian Bogor, terutama pada dini hari menjelang pagi.
Catatan BMKG gempa kuat yang bersumber dari zona megathrust segmen ini sudah terjadi beberapa kali, salah satunya gempa Simeulue 4 Januari 1907 bermagnitudo 7,6 yang memicu tsunami dan menelan korban jiwa lebih 400 orang meninggal dunia.
Pada siang hingga sore hari, hujan ringan hingga sedang berpeluang terjadi di Bogor, Depok, Bekasi, Sukabumi, Cianjur, Karawang, Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, Garut, Cirebon, Kuningan, Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, dan Banjar.