Menkes: Lingkar Perut Besar Punya Resiko Hipertensi Lebih Besar

Menkes mengatakan bahwa penyakit berat yang terjadi juga dikarenakan penanganan atau deteksi yang lambat.

Terbit 14 May 2025 18:05 WIB

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui usai menghadiri acara Peluncuran Nasional Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan Siaga TBC, di Kantor Kelurahan Rambutan, Jakarta Timu, pada Jumat (9/5/2025). tirto.id/ Rahma Dwi Safitri.

tirto.id - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, meminta agar masyarakat lebih peduli terhadap kondisi tubuh dan kesehatannya. Setidaknya, warga mesti rajin mengecek ukuran lingkar perut. Pasalnya, menurut Menkes, orang dengan lingkar perut besar memiliki risiko dua kali lipat lebih besar terkena hipertensi.

“Jadi, ternyata emang orang yang lingkar perutnya besar itu punya risiko hipertensi bisa dua kali lipat,” kata Budi dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (14/5/2025).

Oleh karena itu, Budi menekankan bahwa menjaga pola makan bukan sekadar soal penampilan fisik, tetapi juga menyangkut kesehatan jangka panjang. Dia kemudian menyingung pula soal pentingnya berolahraga demi kesehatan hingga lansia.

“Memang ternyata kita wajib menjaga apa yang kita makan dan wajib juga berolahraga demi kebaikan kita. Agar, kita usianya bisa 72 tahun dan 62 tahun pun kita bisa tetap sehat,” terangnya.

Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa penyakit berat yang terjadi juga dikarenakan penanganan atau deteksi yang lambat. Karena itu, program Cek Kesehatan Gratis, kata dia, akan dimulai juga sejak dini dengan pemberlakuan di sekolah pada tahun ajaran baru.

“Selain di puskesmas, kami akan jalankan di 200 ribuan sekolah dan pesantren. Pesantren itu 40.000. Dan semua pesantren dan sekolah akan kami jalankan cek kesehatan bagi peserta sekolah ini. Dengan demikian, kami akan lebih banyak lagi bisa lihat dan mudah-mudahan kami bisa mencegah agar masyarakat kita itu tetap sehat, mencegah masyarakat kita Jangan sampai sakit,” ujar Budi.

Dia juga berkelakar bahwa anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan tidak boleh sampai ada yang masuk rumah sakit.

“Saya merasa sedih, kenapa anggota Komisi IX saja masuk rumah sakit. Harusnya komisi IX karena memegang kesehatan, harusnya tidak ada yang sakit. Umur 62 tahun enggak ada yang kemudian kena penyakit yang membuat dia jadi tidak happy, seperti kena stroke, hipertensi, dan sebagainya,” ujarnya.