tirto.id - Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana, mengatakan bahwa pemerintah akan merekonfigurasi rantai pasokan penyalur B20.
Caranya, kata dia, dengan menyusutkan titik penyaluran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang jadi bahan baku B20. Penyusutan itu dilakukan guna menyederhanakan peta penyaluran FAME ke beberapa Terminal BBM yang hingga kini masih terkendala.
"Ada rekonfigurasi. Kan ada peta dari mana pergi ke mana itu yang direkonfigurasi dengan mengurangi titik tujuannya. Alokasi TBBM-nya. Badan usaha enggak berubah sama sekali," kata Rida usai rapat monitoring Mandatori B20 di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (18/10/2018).
Nantinya, penyederhanaan itu akan mulai berlaku di sejumlah daerah di Indonesia mulai tanggal 1 Desember 2018. "Jumlah TBBM-nya yang sekarang tersebar dikonsentrasikan di beberapa titik," imbuhnya.
Kendati demikian, ia memastikan bahwa volume pasokan bahan baku B20 tidak akan dikurangi demi mendongkrak penggunaan FAME. "Volume enggak berubah karena konsumsi solar enggak berubah," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Bisnis Regional Jawa bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara PLN Djoko Abu Manan menyampaikan bahwa penggunaan Biodiesel 20 persen (B20) per-Oktober 2018 telah mencapai 47 persen dari target pengguna 304,773 kL.
Ia juga membenarkan bahwa kendala realisasi mereka B20 terletak pada penyaluran pasokan bahan baku B20 (FAME) ke Pertamina paling dirasakan di kawasan Timur Indonesia.
"Kemungkinan sampai Desember bisa tercapai lah (pelaksanaan 100 persen). Kan ini tinggal penyediaannya," kata Djoko saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (18/10/2018).
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto
