tirto.id - Hoaks seputar politik termasuk calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto kian meningkat jelang pemilihan umum pada 17 April 2019.
Data Kominfo mencatat hoaks terkait politik pada Agustus 2018 sebanyak 11 berita. Kabar hoaks soal politik terus meningkat hingga 60 berita di penghujung 2018.
Pada Januari 2019, Kominfo mencatat terdapat 175 hoaks atau bertambah dua kali lipat pada Februari yang mencapai 353 hoaks. Jumlah hoaks terus meningkat pada Maret, angkanya mencapai 453 kasus.
Tirto merangkum dari 453 berita hoaks pada bulan lalu, terdapat 50 hoaks memakai kata "Jokowi" dan 26 berita hoaks memakai "Prabowo".
Hoaks-hoaks itu bertujuan untuk menyerang kedua calon, yang bisa dianggap menguntungkan dan merugikan.
Salah satu hoaks yang dilontarkan terhadap Jokowi yaitu dia berkongsi dengan Cina seperti “Cukong Cina Pendukung Jokowi”. Kabar ini mencomot foto Jokowi dengan perwakilan presiden Tiongkok.
Padahal, foto itu merupakan pertemuan guna memberi ucapan selamat kepada Jokowi sebagai presiden terpilih Indonesia pada November 2014.
Sedangkan hoaks yang menyerang Prabowo keluarganya tidak harmonis, gagal mendidik anaknya, hingga mengungkit perceraian dengan Titiek Soeharto,
Bahkan Jokowi dan Prabowo sempat "curhat" soal tuduhan-tuduhan hoaks yang dilontarkan terhadap mereka dalam Debat Keempat Capres 2019 yang digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).
"Saya juga ingin bertanya, apa Pak Jokowi mengerti di antara pendukung Pak Jokowi ada yg melontarkan tuduhan-tuduhan tidak tepat kepada saya seolah-olah saya membela khilafah, seolah saya akan melawan tahlilan. Ini sangat tidak masuk akal," kata Prabowo.
Lalu Jokowi menanggapi pernyataan Prabowo dengan mengatakan ia juga dituduh sebagai antek Partai Komunis Indonesia (PKI).
"Masalah tuduh-menuduh saya juga kan banyak dituduh, Pak. Empat setengah tahun ini saya juga dituduh Pak Jokowi ini PKI, banyak yang nuduh seperti itu, saya juga biasa-biasa saja," kata Jokowi.
Editor: Agung DH
