tirto.id - Pedagog sekaligus psikologi anak, Seto Mulyadi, mempertanyakan alasan dan kriteria jelas penghargaan yang diraih oleh Pemprov DKI Jakarta sebagai provinsi ramah anak oleh KPAI.
"Ya, mungkin mohon bisa diklarifikasi, intinya kriteria dan sebagainya, apa betul Jakarta sudah ramah anak-anak? Tidak ada kekerasan? Sekolah-sekolah sudah ramah anak?," kata pria yang akrab disapa Kak Seto, saat dihubungi Selasa (23/7/2019).
Ia juga mempertanyakan, apakah di setiap RT dan RW di Jakarta telah dibangun fasilitas-fasilitas bagi anak-anak jalanan agar tak ada lagi anak yang terlantar.
Kak Seto juga mempertanyakan apa kriteria-kriteria yang ditentukan oleh KPAI sehingga memilih Jakarta sebagai provinsi ramah anak.
"Iya jadi mohon klarifikasi mengenai kriteria pemilihan DKI sebagai kota ramah anak ini, artinya dibandingkan dengan Surabaya, dibandingkan dengan Solo, dan sebagainya begitu. Anugrah KPAI kalau perlu ada kriteria yang jelas begitu," katanya.
Ia membenarkan jika Pemprov DKI Jakarta telah membuat kebijakan RPTRA yang banyak di beberapa daerah, namun hal tersebut tak dibarengi dengan pengawasan yang ketat.
"Seberapa jauh itu jika bisa dimanfaatkan betul-betul oleh masyarakat dengan cara-cara yang cuma-cuma tetapi juga terlindungi bahkan juga ada pendampingan anak-anak ini. Sehingga anak-anak tidak bebas lepas bermain saja tanpa ada bantuan atau bimbingan jadi akan lebih bagus apabila RPTRA ini juga dilengkapi dengan relawan-relawan yang mengasuh anak-anak agar bergembira," katanya.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta memang mendapat penghargaan sebagai provinsi ramah anak oleh KPAI.
"Alhamdulillah satu lagi, Pemprov DKI hari Jumat malam kemarin menerima penghargaan dari KPAI. Kita dianugerahi sebagai provinsi ramah anak dan program-program kita untuk anak kita seriusi kita memang berkomitmen bahwa keluarga itu adalah sentral untuk pendidikan dan perlindungan bagi anak itu sentral kota ini harus menjadi kota yang ramah bagi anak," kata Anies Baswedan saat ditemui di Balaikota, Selasa siang.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
