tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen year-on-year (yoy). Sedangkan secara month-to-month (mtm), inflasi tercatat sebesar 0,52 persen.
Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyebut terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 105,58 pada Februari menjadi 106,58 pada Maret. Di sisi lain, tingkat inflasi bulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
"Tingkat inflasi bulanan Maret 2024 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu," ucap Amalia saat konferensi pers di Jakarta, Senin (1/4/2024).
Diketahui, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan, minuman dan tembakau, dengan laju inflasi sebesar 1,42 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,41 persen.
Secara rinci, komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah telur ayam ras, dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen, daging ayam ras dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen, beras dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen, cabe rawit dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen, serta bawang putih dengan andil inflasi 0,02 persen.
"Pada kelompok makanan, minuman dan tembakau juga terdapat komoditas yang memberikan andil deflasi, di antaranya adalah cabai merah dan tomat yang memberikan andil deflasi masing-masing sebesar minus 0,02 persen," ujarnya.
Kemudian, sebaran inflasi bulanan menurut wilayah dibukukan sebanyak 34 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sedangkan 4 provinsi lainnya mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi sebesar 1,07 persen terjadi di Provinsi Sulawesi Utara dan deflasi terdalam terjadi di Provinsi Maluku sebesar 0,46 persen.
Di sisi lain, tingkat inflasi menurut komponen pada Maret 2024, berdasarkan komponen inti mengalami inflasi 0,23 persen dengan andil inflasi sebesar 0,15 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi terhadap komponen inti adalah emas perhiasan, minyak goreng dan nasi dengan lauk.
Pada komponen diatur pemerintah, mengalami inflasi 0,08 persen dengan andil inflasi sebesar 0,01 persen. Komoditas penyumbang terbesar adalah sigaret kretek mesin (SKM).
Selanjutnya, pada komponen bergejolak, mengalami inflasi 2,16 persen dengan andil inflasi sebesar 0,36 persen. Komoditas penyumbang terbesar yakni telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit, bawang putih, dan bawang merah.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Anggun P Situmorang
