tirto.id - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong meyakini bila investasi asing tetap akan mengalir ke Indonesia pada tahun politik.
Hal itu terlihat dari tren investasi 2 bulan pertama dan menjelang akhir tahun 2018 yang ia nilai menunjukkan sentimen investor yang optimistis.
Menurut Thomas, optimisme investor turut dipengaruhi oleh adanya jaminan bahwa pemilu Indonesia akan berlangsung aman dan damai. Di samping itu, terlepas sebagai tahun politik, ia menuturkan indikator makro ekonomi Indonesia juga berada di posisi yang cukup memuaskan baik dari sisi ekonomi digital, harga komoditas, maupun pertumbuhan konsumsi.
“Jadi kelihatannya pasar sangat optimis mengenai hasil pemilu. Lalu ekonomi dalam posisi yang baik. Semua tentunya positif untuk investor,” ucap Thomas kepada wartawan usai forum bertajuk Investasi Unicorn untuk Siapa? di Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Selasa (26/2/2019).
Thomas mengatakan, saat ini kalau pun terjadi keraguan investor, hal itu hanya akan terjadi selama 4 bulan pertama di 2019. Hal itu menyusul adanya pemilu yang baru akan diadakan pada April 2019.
Namun, usai pemilu, Thomas mengatakan masih terdapat 8 bulan bagi pemerintah untuk segera mengembalikan keadaan investasi ke level yang normal. Dengan keadaan itu, ia pun optimis bila target pertumbuhan investasi domestik maupun internasional Indonesia sampai akhir 2019 bisa mencapai dobel digit atau lebih dari 10 persen.
“Karena masih ada 8 bulan lagi untuk ekonomi menikmati rebound dari perlambatan (yang mungkin terjadi),” ucap Thomas.
Sejalan dengan itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan pun yakin bila iklim investasi Indonesia tak akan banyak terganggu dengan pemilu. Di hadapan sejumlah perwakilan kedutaan negara asing, ia menyarankan mereka agar tak perlu menunda investasinya hingga pemilu usai.
“Banyak yang nunggu pemilu (selesai) ya silakan. Pemilu juga kan gitu-gitu aja. Gak perlu khawatir tentang itu. Gak ada insiden,” ucap Luhut dalam Lecture Series on Indonesia's Maritime Diplomacy: The Current Challenges di CSIS pada Jumat (22/2/2019) lalu.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno
