tirto.id - Umat muslim di Indonesia saat ini tengah menjalankan ibadah puasa Ramadan 1441 H yang dimulai pada Jumat (23/4/2020) lalu. Bulan penuh rahmat bagi umat muslim di seluruh dunia ini disambut dengan suka cita.
Selama Ramadan, sebagian besar orang mengalami siklus tidur yang terganggu karena harus bangun lebih awal untuk makan sahur.
Perut kenyang setelah sahur ditambah waktu fajar yang baru akan menyingsing memang membuat sulit untuk menahan rasa kantuk, maka tak jarang banyak yang memilih kembali melanjutkan tidur.
Tidur setelah sahur memang terasa menyenangkan, tapi di balik kebiasaan itu, ada hal-hal yang harus diwaspadai karena berdampak buruk bagi tubuh terutama untuk sistem organ yang bertugas mencerna makanan.
Ahli gizi mengharuskan untuk menunggu sekitar tiga jam antara waktu makan terakhir dan waktu tidur.
Penundaan waktu tidur setelah makan dilakukan agar proses pencernaan terjadi dan makanan pindah ke usus kecil.
Hal ini dapat mencegah masalah seperti mulas dan insomnia, demikian sebagaimana ditulis Verywell Health.
Selain itu, ada banyak masalah serius lainnya jika tidak memberikan jeda waktu cerna dan langsung beranjak tidur. Berikut ini penjelasannya:
1. Menambah berat badan
Seperti dilansir dari Healthline, beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang makan sebelum tidur lebih cenderung menambah berat badan.
Alasan untuk ini jauh lebih sederhana dari yang diduga. Ternyata orang yang makan sebelum tidur lebih cenderung menambah berat badan karena makanan yang dikonsumsi sebelum tidur akan menyimpan kalori yang lebih banyak.
2. Penyakit asam lambung
Penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah kondisi umum yang mempengaruhi sebanyak 20-48 persen populasi orang Barat. Hal ini terjadi ketika asam lambung naik kembali ke tenggorokan.
Gejalanya meliputi mulas, sulit menelan, benjolan di tenggorokan atau asma yang memburuk.
Makan sebelum tidur dapat membuat gejala lebih buruk karena perut yang penuh akan mempermudah asam lambung naik ke tenggorokan, demikian sebagaimana diwartakan Healthline.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno
