Menuju konten utama

Asih Widodo Pejuang Keadilan lewat Tulisan

Asih Widodo, ayah Sigit Prasetyo yang tewas ditembak aparat keamanan pada 1998, menulis amarah dan protes demi keadilan.

Asih Widodo Pejuang Keadilan lewat Tulisan
Setelah anakku semata wayang meninggal hidupku hancur, otakku serasa gila. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/08/09/Widodo-Korban-Semanggi-I-tirto.id--mac-5.JPG
Aku ekspresikan amarah dan kejengkelanku dengan menulis semauku. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/08/09/Widodo-Korban-Semanggi-I-tirto.id--mac-3.jpg
Setelah anakku semata wayang meninggal hidupku hancur, otakku serasa gila. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/08/09/Widodo-Korban-Semanggi-I-tirto.id--mac-4.JPG
Aku ingin terus mencari keadilan, menuntut keadilan pada pemerintah. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/08/09/Widodo-Korban-Semanggi-I-tirto.id--mac-7.JPG
Wiranto adalah sebab dari kematian anakku. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/08/09/Widodo-Korban-Semanggi-I-tirto.id--mac-6.JPG
Aku yakin anakku mati dibunuh TNI. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/08/09/Widodo-Korban-Semanggi-I-tirto.id--mac-8.jpg
Aku akan terus mencari keadilan sampai berkalang tanah. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/08/09/Widodo-Korban-Semanggi-I-tirto.id--mac-1.JPG
Aksi Kamisan 501 di depan Istana Negara. tirto.id/Arimacs Wilander
2017/08/09/Widodo-Korban-Semanggi-I-tirto.id--mac-2.JPG
Aksi Kamisan 501 di depan Istana Negara. tirto.id/Arimacs Wilander
Asih Widodo ayah dari Sigit Prasetyo, korban penembakan aparat keamanan 13 November 1998. Widodo 2017 ini berusia senja, 66 tahun. Tubuhnya masih cukup tegap, bicaranya masih lantang, meski kulitnya telah keriput khas lansia.

Usai wafatnya Sigit, 19 tahun silam, hidupnya oleng. Amarah dan sakit hatinya banyak dicurahkan dengan tulisan bernada protes. Ia membuat tulisan-tulisan itu pada ukiran kayu, helm, motor, dan jaket yang biasa ia kenakan.

Waktu yang terus berjalan berkelindan sejak anaknya wafat, tak sedikit pun semangat mencari keadilannya kendor. Meski negara abai, dalam rapalan doa dan ikhtiarnya mencari keadilan, Widodo tetap ngotot: Negara harus bertanggungjawab atas kematian anaknya. Penjara bagi Wiranto dan Habibie baginya adalah harga mati.

Foto dan Teks: Arimacs Wilander
Baca juga artikel terkait REFORMASI 1998 atau tulisan lainnya

Editor: Dadan Gustian