tirto.id - Lembaga Indikator Politik Indonesia menggelar survei guna mengukur elektabilitas capres-cawapres pada Desember 2018. Survei yang melibatkan 1.220 responden usia pemilih di seluruh provinsi itu juga menganalisis pengaruh hoaks terhadap pemilih Pilpres 2019.
Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi menyatakan salah satu hoaks yang ditanyakan ke para responden survei lembaganya ialah kabar bahwa Joko Widodo beretnis Tionghoa.
Menurut dia, berdasar hasil survei lembaganya, 23 persen responden mengetahui Jokowi dituduh beretnis Tionghoa, sementara 77 persen lainnya mengaku tidak tahu.
Hasil survei Indikator menyimpulkan, dari mereka yang tahu, hanya 24 persen responden yang percaya bahwa Jokowi beretnis Tionghoa. Mayoritas responden atau 54 persen tidak mempercayai isu tersebut.
“20 persen di antara yang percaya ini adalah pemilih Gerindra dan PKS,” kata Burhanuddin di kawasan Menteng, Jakarta pada Selasa (8/1/2019).
Burhanudin menilai proporsi pemilih Gerindra dan PKS yang setara dengan seperlima dari mereka yang percaya Jokowi beretnis Tionghoa terbilang lumayan besar.
Meskipun demikian, Burhanuddin mengatakan hal itu cenderung wajar. Mereka yang percaya hoaks dan tidak percaya hoaks sangat erat kaitannya dengan dukungan politik.
Bukan hanya terhadap Jokowi, misalnya saja informasi soal Prabowo terlibat penculikan aktivis 1998, mereka yang percaya kebanyakan adalah orang yang mendukung Jokowi-Ma’ruf di pilpres 2019.
“Jadi isu hoaks ini tidak besar pengaruhnya. Tergantung kepada siapa dan soal apa isu hoaks itu dihembuskan,” ucapnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom
