Tempat & Tanggal Lahir
Buleleng, Bali 21 Juni 1951, 21 Juni 1951
Karir
- Gubernur Pemerintah Provinsi Bali (2013 - 2018)
- Gubernur Pemerintah Provinsi Bali (2008 - 2013)
- Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN) (2005 - 2008)
- Kapolda Polda Bali (2003 - 2005)
- Ketua Tim Investigasi Bom Bali (2003)
- Kapolda Polda Papua (2000)
- Sekretariat Interpol Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (2000)
- Direktur Reserse Pidana Tertentu Sekretaris NCB/Interpol (2000)
- Kapolda Polda Nusa Tenggara Timur (2000)
- Tugas BKO Polda Timor Timur (1999)
Pendidikan
- Sekolah Staf Komando ABRI (1996 - 1997)
- Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) (1990 - 1991)
- PTIK (1984)
- Akabri Kepolisian (1974)
Detail Tokoh
Nama I Made Mangku Pastika dikenal luas bersamaan dengan terungkapnya aksi terorisme bom Bali 12 Oktober 2002. Namanya dikenal luas sebagai tim investigasi kasus tersebut yang berhasil mengungkap pelaku tragedi itu, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di mata internasional.
Rekam jejaknya yang panjang dan sederetan prestasi memberikan kepercayaan diri pada Pastika untuk maju menjadi orang nomor satu di provinsi asalnya, Bali pada 2008. Kala itu Pastika diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan berpasangan dengan Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga. Pastika-Puspayoga berhasil memenangkan pilkada tersebut. Lima tahun berselang, keduanya bertemu lagi sebagai lawan di Pilkada Bali 2013. Kali ini Pastika kembali memenangkan pertarungan dengan dukungan Partai Golkar, Partai Demokrat dan partai pendukung lainnya.
Pria yang dilahirkan di Desa Sanggalangit, Gerokgak, Buleleng, 22 Juni 1951 ini adalah anak seorang guru yang tumbuh dan berkembang di daerah transmigran. Perjuangan Mangku Pastika mulai dilakoni saat dia duduk di kelas V Sekolah Rakyat 3 Bubunan.
Untuk mencari tambahan uang saku, Pastika selalu bangun pagi untuk mencari rumput atau sekadar menjual bunga. Saat Gunung Agung meletus, keluarganya memutuskan untuk ikut program transmigrasi ke Bengkulu. Apalagi saat itu, ayahnya I Ketut Meneng (Alm) berprofesi sebagai kepala sekolah, sementara ibunya Ni Nyoman Kinten hanya seorang ibu rumah tangga. Di tempat inilah, mental Pastika yang pernah menjabat Kapolda di tiga provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Bali ini terus diuji.
Mess bapaknya yang seorang kepala sekolah ternyata tak cukup menampung semua anggota keluarga, sehingga dia selalu tidur di salah satu ruang kelas dengan menata bangku agar bisa dipakai untuk tidur. Dan pagi harinya dia akan bangun untuk mengembalikan seperti sediakala, begitu seterusnya.
Pastika pun harus banting tulang guna membantu perekonomian keluarga dengan bekerja sebagai pembantu di sebuah rumah tangga warga Tionghoa, mulai dari berjualan es sampai rujak pun dia lakoni. Sampai akhirnya dia lulus SMA Negeri 2 Palembang. Lantaran pengetahuan bahasa asing dan mata pelajaran lainnya cukup bagus, ia pun mulai membuka les privat untuk anak-anak SD.
Karir Mangku Pastika bermula setelah ia lulus dari AKABRI dan menjadi Komandan Peleton 1 Kompi I, Batalyon B, Brimob Polda Metro Jaya. Sejak itu, karir dan jabatannya terus menanjak. Meskipun profesi awal yang dilakoninya adalah sebagai polisi, tetapi ia mengaku profesi ini bukanlah cita-cita awal yang ingin diraih. Ini sebuah kemujuran ketika mengantarkan seorang teman untuk mendaftar guna mengambil formulir sekolah polisi.
Awalnya Pastika hanya diminta mengantarkan temannya saja. Namun setelah mengetahui bahwa sekolahnya gratis, akhirnya coba mengambil formulir juga untuk mendaftar. Hasilnya, teman yang diantar itu gagal sementara ia lulus sampai ke jenjang bintang tiga.
Prestasinya pun terus menanjak. Satu pengalaman yang tetap diingat Pastika adalah saat bertugas di Polres Jakarta Barat. Ia berhasil mengungkap penyelundupan barang-barang elektronik dalam jumlah banyak yang diangkut dari Pelabuhan Tanjung Priok ke suatu tempat dengan truk. Pelaku berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Cina, tapi Pastika tak hilang akal. Ia yang kebetulan mengerti bahasa itu langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencegat truk dengan identitas tertentu saat akan masuk ke gudang.
Tidak hanya itu saja, persoalan demi persoalan berhasil dia atasi. Termasuk saat dipercaya menjadi Kapolda Nusa Tenggara Timur yang saat itu tengah ada konflik pengungsi Timor Timur di NTT. Ia berhasil menyelesaikan tugasnya di NTT dan setelahnya Pastika digeser untuk menangani konflik pembunuhan Theys Eluway pada tahun 2000 di Papua sebagai Kapolda di Provinsi Bumi Cenderawasih tersebut. Meski selalu diliputi konflik, namun dia bersyukur karena dapat menyelesaikan tanpa menimbulkan banyak korban.
Tahun 2005, Pastika kembali ke tanah leluhurnya dan menjabat sebagai Kapolda Bali. Selanjutnya ia menjadi Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN), tetapi memutuskan untuk non-aktif dalam jabatannya di BNN sejak 1 April 2008 untuk berkonsentrasi dalam kampanye pencalonan dirinya sebagai Gubernur Bali. Ia menguasai enam bahasa dan merupakan peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik) Akabri Kepolisian pada tahun 1974.