Tempat & Tanggal Lahir
Yogyakarta, 7 Mei 1938
Karir
- Wakil Gubernur Pemerintah Provinsi DIY (2003 - 2008)
Detail Tokoh
Kawasan pemakaman Astana Girigondo di Kulonprogo pada hari Minggu, 22 November 2015 mendadak ramai. Ribuan pelayat yang berbagai daerah di Yogyakarta memadati tempat pemakaman Sri Paduka Paku Alam IX selaku Wakil Gubernur Yogyakarta yang meninggal dunia sehari sebelumnya, pada pukul 15.10 WIB di ruang ICU RS Sardjito.
Nama lengkap Paku Alam IX adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX. Beliau lahir di Pakualaman pada tanggal 7 Mei 1938. Ia adalah adipati pertama dari Pakualaman yang ditahtakan setelah Indonesia merdeka. Beliau resmi menyandang jabatan sebagai Paku Alam IX untuk mengganti ayahnya Paku Alam VIII sejak tanggal 26 Mei 1999. Sedangkan untuk posisi sebagai wakil gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ia jabat pada periode 2003-2008.
Sosok seorang Paku Alam IX bisa tergambar dari kenangan orang-orang yang dekatnya. Yuni Satia Rahayu, calon wakil bupati Sleman 2015 yang sering mengobrol dan bincang-bincang santai dengan Paku Alam IX mengungkapkan jika Paku Alam IX adalah sosok yang disiplin dan bersahaja. Menurut Yuni ia tak pernah terlambat dalam menghadiri suatu acara.
Fakta menarik lain yang diungkap Yuni, Paku Alam IX ternyata hobi berkeliling wilayah Jogja dengan memakai motor. Yuni adalah salah satu saksi saat Paku Alam IX bertemu dengan para warga selama berkegiatan dengan motor kesayangannya itu. Pulang-pulang Paku Alam IX dihadiahi beragam hasil bumi oleh warga.
Boediono, mantan Wakil Presiden Indonesia di era SBY, mengungkapkan jika Paku Alam IX adalah sosok aristokrat yang jarang-jarang ia temui di Indonesia. Bagi Beodiono, Paku Alam IX adalah sosok yang santun dan bisa jadi panutan bagi rakyat kebanyakan.
Dien Syamsudin, mantan ketua MUI sekaligus tokoh penting di Muhammadiyah, mengungkapkan bahwa Paku Alam IX adalah sosok yang santun sekaligus humanis. Dien masih mengingat saat-saat ia bertemu dengan Paku Alam IX, termasuk saat mereka bertemu di tanah suci Madinah saat menjalankan ibadah umrah. Walaupun berbeda rombongan, momen pertemuan mereka saat itu bisa tetap berjalan dengan akrab. Sikap bersahabatnya ditunjukkan saat berbincang-bincang sambil tetap melakukan kebiasaanya merokok.
Dien menilai Paku Alam IX adalah sosok Raja Jawa yang dekat dengan Islam. Dengan karakter yang luhurnya, Paku Alam IX memiliki visi membangun dearah dengan baik karena ia adalah sosok yang dekat dengan masyarakat biasa di luar Pakualaman.
Bagi Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Suryo Notoprojo atau yang lebih dikenal dengan nama Roy Suryo, Paku Alam IX adalah sosok yang baik hati. Dalam pertemuan terakhir mereka, menurut Roy, Paku Alam IX terlihat sangat sehat dan semangat. Roy kaget saat mendengar berita Paku Alam IX meninggal. Selain baik hati, Roy juga mengingat sosok Paku Alam IX yang suka mengalah dan berfikiran positif. “Serangan” yang dilancarkan padanya selalu disikapi dengan sabar disertai tawa.
Adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Prabukusumo yang mengaku dekat dengan Paku Alam IX dan mengenang sosok beliau yang masih mempertahankan sikap semangat dan aktif meskipun usianya makin lanjut. GBPH Prabukusumo juga merasa beruntung karena setiap kali bertemu dan mengobrol dengan Paku Alam IX, ia banyak mendapat saran-saran yang begitu arif. Walaupun cara memberi sarannya terkesan keras, bagi GBPH Prabukusumo, sikap keras itu bertujuan agar mereka yang diberi wejangan bisa menjadi seseorang dengan sikap dan karakter yang baik dan berani membela kebenaran.
Selain dari kalangan pejabat, kalangan seniman juga turut mengenang sosok Paku Alam IX. Salah satunya diungkapkan Djaduk Ferianto. Ia mengaku sangat kehilangan sosok Paku Alam IX yang dinilainya sebagai orang yang sangat peduli dengan Yogyakarta. Kepeduliannya menyebar di berbagai bidang, seperti di ranah politik, sosial, dan tentu saja budaya.
Djaduk menegaskan titel Paku Alam IX sebagai pemangku adat dalam konteks kebudayaan Yogyakarta. Yogyakarta memiliki arti yang tinggi dikarenakan sosok Paku Alam IX dan Pura Pakualamannya. Perhatian Paku Alam IX terhadap kesenian yang tinggi tak diragukan lagi. Bagi Paku Alam IX, kebudayaan asli Yogyakarta perlu untuk selalu digali dan diolah lagi sebagai sumber inspirasi.
Djaduk menjadi saksi juga tentang sikap sosial Paku Alam IX yang membuatnya gampang dekat dengan siapa saja dan dari kalangan mana saja. Menurut Djaduk, Paku Alam IX giat mengajak masyarakat untuk bertani hingga ke wilayah Kulonprogo, wilayah Yogyakarta di ujung sebelah barat daya. Tak heran jika ia dekat dengan para petani. Kepedulian terhadap sektor pertanian dan profesi sebagai petani ini menurut Djaduk pantas untuk diwariskan ke generasi selanjutnya.
Paku Alam IX memang tak meninggalkan pesan atau warisan apapun sebelum meninggal. Menurut keterangan KPH Indro Kusumo dari Kawedanan Agung Budoyo lan Pariwisoto Pura Pakualaman, almarhum hanya sempat bilang ingin mengabdi hingga akhir hayatnya. Sesuatu yang dulu juga dilakukan oleh sang ayah, Paku Alam VIII.