tirto.id - Perwakilan Italia di Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Ranieri Guerra, menyayangkan perayaan yang dilakukan suporter Napoli usai tim mereka merengkuh gelar Coppa Italia 2020 dengan menundukkan Juventus dalam final yang dihelat tanpa penonton di Stadion Olimpico, Roma, Kamis (18/6/2020).
Para pendukung tim asal Kota Naples tersebut berbondong-bondong turun ke jalan. Mereka larut dalam kegembiraan pesta jalanan, mengabaikan protokol kesehatan COVID-19. Tifosi Napoli bahkan bertahan hingga jam 2 dini hari, demi menunggu tim kesayangan mereka tiba di stasiun kereta.
“Rangkaian pesta di alun-alun kota yang menyedihkan, ini bakal membuat malapetaka besar,” sesal Ranieri Guerra, yang sejak 2014 menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit di Kementerian Kesehatan Italia, kepada program televisi Agora, yang dikutip oleh Football Italia.
“Pada saat pandemi seperti sekarang, seharusnya kita tak boleh melakukan ini. Untungnya ini terjadi di Kota Naples yang mana gubernur dan wali kota selama berbulan-bulan telah menerapkan kebijakan lockdown yang sangat ketat, setidaknya keberadaan virus lebih rendah dari kota lain,” tambahnya.
Profesor yang berpengalaman lebih dari 30 tahun di bidang kesehatan publik ini tak lupa mengingatkan bahwa awal meledaknya COVID-19 di wilayah Lombardy, Italia, terjadi selepas pertandingan sepak bola Liga Champions antara Antalanta vs Valencia.
“Namun saya hendak mengingatkan kepada semua orang betapa hancurnya wilayah Lombardy pada awal kemunculan virus saat klub sepak bola Atalanta menghadapi Valencia di Liga Champions," tutur Ranieri Guerra.
"Saya benci jika wabah kembali meningkat saat komite kesehatan (CTS) telah melonggarkan kebijakan karantina. Sangat menyakitkan melihat gambar-gambar ini,” tambahnya usai menyaksikan foto-foto perayaan fans Napoli.
Update COVID-19 di Italia
Per Jumat (19/6/2020), di Italia telah terdapat lebih dari 230.000 kasus positif COVID-19, dengan korban meninggal dunia mencapai 34.514 jiwa.
Meskipun Italia pernah menduduki sebagai negara dengan dampak terburuk kedua di dunia akibat pandemi, namun sejak awal Mei lalu mereka telah mampu menurunkan kurva jumlah penderita dengan cukup signifikan.
Bahkan, pekan lalu Italia sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown yang selama ini mereka terapkan, salah satunya dengan menggulirkan kembali kompetisi sepak bola yang telah terhenti sejak bulan Maret silam.
Penulis: Oryza Aditama
Editor: Iswara N Raditya
