tirto.id - Cawapres nomor urut 01 Ma’ruf Amin menyebut cara berpikir cawapres nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno tidak masuk akal. Hal ini menanggapi pernyataan Sandiaga yang sempat menyebut bahwa pembangunan infrastruktur di era Joko Widodo tak sampai ke daerah pedesaan.
Ma’ruf Amin tak terima dengan pernyataan tersebut. Menurutnya, pemerintahan di era Joko Widodo-Jusuf Kalla telah sukses membangun beragam infrastruktur. Pernyataan Sandiaga dianggap mustahil dilakukan dalam waktu kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla selama 4 tahun ini.
“Tak mungkin lah dalam tempo 4 tahun sampai ke desa-desa, itu tak logis lagi cara berpikirnya begitu. Memang kayak membalik tangan? Jadi perlu waktu,” tegas Ma’ruf di kediamannya kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (27/12/2018).
Menurut Ketua Umum MUI ini, pembangunan di era Jokowi-Jusuf Kalla memang berada di daerah-daerah yang besar, seperti jalan utama. Dia menyatakan bahwa pembangunan jalur utama penting untuk mencapai daerah pedesaan. Kelanjutan pembangunan di pedesaan pun bisa lebih intens oleh pemerintah daerah setempat.
“Kalau ke daerah-daerah kan itu tugas pemda provinsi dan pemda kabupaten. Nah, yang menyambung itu namanya kerja sinergi antara pemerintah pusat dan daerah,” ucapnya lagi.
Jika tak ada infrastruktur di jalan utama, Ma’ruf meyakini pembangunan juga tak akan bisa meningkatkan kesejahteraan di kawasan pedesaan.
“Kalau nggak ada jalan utamanya, infrastruktur utamanya, pemerintah tak akan bisa membawa hasil-hasil produksinya ke berbagai tempat itu,” kata Ma’ruf.
Sandiaga sempat membagikan video ketika berkampanye di kawasan Desa Tosora, Wajo, Sulawesi Selatan, Rabu (26/12/2018). Dalam keterangan di unggahan tersebut, dia mengajak Prabowo untuk membangun infrastruktur sampai ke daerah pedesaan.
“Pembangunan infrastruktur besar-besaran dengan memakan biaya besar bahkan harus utang luar negeri ternyata belum terasa dampaknya di pedesaan. Saya dan Pak Prabowo akan pastikan ke depannya pembangunan infrastruktur bisa langsung terasa dampaknya untuk perekonomian masyarakat desa,” tulis akun Twitter resminya, @sandiuno.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
