Tempat & Tanggal Lahir
Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 12 November 1954
Karir
- Ketua DPR RI (2016 - 2017)
Pendidikan
- SD Negeri 5, Bandung
- SMP Negeri 73 Tebet, Jakarta (1967 - 1970)
- SMA Negeri 9, Jakarta (1970 - 1973)
- Universitas Widyamandala Surabaya, Fakultas EkonomiJurusan Akuntansi (1979)
- Universitas Trisakti Jakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Management (1983)
Detail Tokoh
Kiprah Setya Novanto sebagai pengusaha hingga politisi kerap diwarnai kontroversi. Sebagai pengusaha, Setya sering mendapat tudingan miring terhadap aktivitas bisnisnya. Saat di puncak karir politiknya menjadi Ketua DPR-RI, ia juga membuat ulah seperti dalam kasus pencatutatan nama Presiden Jokowi terkait renegosiasi kontrak PT Freeport Indonesia.
Pada pertengahan November 2015, Setya Novanto dilaporkan ke Majelis Kehormatan Dewan DPR oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said. Ini adalah tahap awal dari proses akhir puncak karirnya sebagai Ketua Anggota DPR yang disandangnya sejak 2 Oktober 2014.
Setya juga sempat jadi pusat pemberitaan media. Gara-gara Setya dan wakilnya Fadli Zon hadir dalam konferensi pers calon Presiden AS, Donald Trump. Peristiwa kontroversial itu terjadi saat Setya Novanto dan Fadli Zon sedang mengikuti kegiatan kunjungan DPR ke Amerika untuk menghadiri sidang parlemen dunia.
Saat masih menjabat Bendahara Partai Golkar, Setya juga jadi buah bibir. Tersangka kasus korupsi proyek Hambalang dari Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin menyebut-nyebut nama sang mantan Ketua DPR ini.
Jauh sebelumnya, pada 1999 nama Setya Novanto dikaitkan dengan kasus dugaan korupsi pengalihan hak piutang (cessie) PT Bank Bali kepada Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI). Dalam kasus ini negara dirugikan sebesar Rp546 miliar.
Saat ini Setyo punya segalanya, sebagai pengusaha sukses dan pernah memegang pucuk tertinggi di DPR. Masa lalunya, Setyo muda bukan lah siapa-siapa.
Riwayat pendidikannya antara lain belajar ilmu akuntansi di Universitas Widyamandala Surabaya. Di sela-sela kuliah, Setya sudah sibuk dengan urusan bisnis. Ia sempat dipercaya sebagai kepala penjualan mobil untuk wilayah Indonesia Timur karena kemampuannya dalam berjualan. Ia juga terkenal sebagai pribadi yang ulot dan mudah bergaul.
Ia juga sempat bekerja di perusahaan distributor pupuk. Di perusahaan ini, Setya makin dekat dengan Hayono Isman yang merupakan teman SMA-nya. Hayono adalah pemilik dari perusahaan pupuk tersebut. Lewat Hayono, Setya mulai bersinggungan dengan dunia politik. Saat kembali ke Jakarta, Setya melanjutkan studi di Kampus Trisakti. Ia sempat menumpang di rumah Hayono di kawasan Menteng.
Setya juga terkenal sebagai sosok yang gigih, pada proyek properti di Batam, Setya harus berjuang melobi pengusaha kawakan Orde Baru, Sudwikatmono. Upaya kerasnya berhasil, Sudwikatmono menjadi mitra bisnisnya. Melalui PT Nagoya Plaza Hotel di Batam, karier Setya sebagai pengusaha makin moncer. Beberapa kursi penting dalam beberapa perusahaan ia sempat raih. Hingga akhirnya takdirnya berhasil menjadi orang nomor satu di DPR.
Pada 24 April 2018, Setya Novanto divonis 15 tahun penjara atas kasus korupsi E-KTP yang menyeret namanya. Novanto dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan telah terlibat dalam korupsi proyek e-KTP. Selain divonis 15 tahun penjara, Novanto juga diberi hukuman denda sebesar Rp500 juta subsider 3 bulan kurungan dan pengembalian kerugian negara sebesar USD7,3 juta dikurangi uang pengganti Novanto sebesar Rp5 miliar. Selain itu, hak politiknya dicabut selama 5 tahun setelah bebas.