Menuju konten utama
Rizal Ramli

Rizal Ramli

Menko Bidang Kemaritiman RI (2015 - 2016)

Tempat & Tanggal Lahir

Padang, 10 Mei 1953

Karir

  • Menko Bidang Kemaritiman RI (2015 - 2016)

Pendidikan

  • Dhitta Puti Saraswati, Dipo Satrio, dan Daisy (1990)
  • M.A. dalam bidang ekonomi, Boston University, Boston, AS (1982)
  • Asian Studies, Sophia University, Tokyo, Jepang (1975)
  • Departemen Fisika, Institut Teknologi Bandung (1973 - 1980)

Detail Tokoh

Rizal Ramli, jebolan ITB yang sehari-hari banyak terlibat urusan ekonomi dan politik. Rizal, pernah menjadi Menko Perekonomian era Gus Dur.

Menurut Rizal, memperbaiki perekonomian Indonesia harus diawali dengan penguatan hubungan dengan IMF. Di masa jabatan sebagai Menko, Rizal berkeinginan mengundang tim review IMF agar mencairkan bantuan US$ 400 juta.

Namun, visi Rizal untuk mengundang tim review kandas. Pasalnya, pada 12 Juni 2001, Presiden Gus Dur, tepat pukul 16.20 sore di Istana Merdeka mengumumkan dua menteri barunya. Di tempat yang sama, Jumat 1 Juni 2001, Gus Dur juga mengumumkan pergeseran lima anggota Tim Kabinetnya. Rizal Ramli masuk salah satunya.

Rizal dilahirkan di Padang, 10 Desember 1953. Ia sudah yatim piatu ketika menginjak bangku SD. Untuk melanjutkan pendidikan, Rizal harus merantau ke Bogor tuk ikut neneknya. Di Bogor, Rizal menamatkan pendidikan sampai SMA. Ibunya Rizal adalah guru. Ibunya pula yang mengakrabkan Rizal kecil dengan buku-buku bacaan.

Rizal menjadi penggemar berat ilmuwan Alberth Einstein, ia mengoleksi berbagai jenis biografi Einstein dari versi yang sederhana sampai yang sangat serius.

Lulus SMA, ia justru bingung ketika diterima menjadi mahasiswa Fisika ITB, karena tidak memiliki uang untuk membiayai kuliah. Akhirnya, ia bekerja di percetakan di Kebayoran Baru selama enam bulan dan berangkat ke Bandung tuk mengenyam bangku kuliah. Di Bandung, Rizal bekerja sebagai penerjemah buku dan makalah berbahasa Inggris.

Semasa kuliah, Rizal pernah menduduki jabatan sebagai Deputi Dewan Mahasiswa ITB tahun 1977. Semasa Orde Baru, Rizal merupakan salah satu motor penggerak aksi mahasiswa yang memprotes dipilihnya kembali Soeharto pada tahun 1978. Akibat aksinya itu dia harus merasakan jeruji besi Sukamiskin selama 18 bulan.

Selesai kuliah jurusan fisika di ITB, Rizal beralih profesi menjadi ekonom. Ia mengikuti program ASEAN Studies di Universitas Sophia, Jepang. Kemudian berlanjut ke program master ekonomi di Universitas Boston, AS, dan dirampungkan pada 1982. Debutnya di bidang ekonomi makin total, ketika menyelesaikan kuliah S-3 di universitas yang sama untuk bidang yang sama pula.

Sepulang dari Amerika, Rizal bersama beberapa teman-temanya mendirikan Econit, sebuah lembaga riset yang bergerak dalam bidang ekonomi, industri dan perdagangan. Disinilah konsep pembangunan yang lebih berkadilan dimatangkan.

Di tahun 1977, Rizal bersama Econit membongkar sekaligus mengkritik penjualan modal yang dilakukan Liem Sioe Liong atas sebagian besar saham PT Indofood. Rizal pula yang kemudian menohok Robby Tjahjadi bahwa kreditnya yang sangat besar untuk Kanindotex tidak akan terkucur kalau tidak ada kolusi dengan pejabat bank.

Ketika gelombang reformasi bergulir, ia-bersama sejumlah tokoh nasional antara lain Amien Rais, Gunawan Mohammad, Albert Hasibuan, Toety Heraty, Emil Salim, Faisal Basri dan lain-lain -- ikut mendeklarasikan Majelis Amanat Rakyat (MARA). Terakhir, berangkat dari MARA, mereka membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN). Meskipun begitu, Rizal tetap memilih non partisan.

Di dunia akademisi, Rizal mengajar Ekonomi Mikro di Fakultas Ekonomi dan Pasca-Sarjana Magister Manajemen di Universitas Indonesia. Ia juga dikenal sebagai penasehat ekonomi beberapa lembaga swasta, lembaga pemerintah, serta ASEAN National Coordinator UNDP’s Export Project. Rizal pernah pula menjadi Direktur Bursa Efek Jakarta.

Rizal menikah dengan Herawati M. Mulyono (meninggal 2006), dan dikaruniai 3 orang anak; Dhitta Puti Saraswati, Dipo Satrio, dan Daisy. Setelah ditinggal Herawati, Rizal memutuskan menikah dengan Liu Siaw Fung alias Marijani atau yang akrab disapa Afung dinikahi Rizal Ramli pada tahun 2008. Tiga tahun bersama Afung, Rizal kembali tinggal istrinya meninggal.

Di tahun 2016 ini, Rizal dikabarkan dekat dengan Cornelia Agatha.
Pada tahun 2000, Rizal memulai karir di bidang pemerintahan setelah ditunjuk Presiden Gus Dur Sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog). Namun, Rizal tak lama menjabat sebagai Kabulog.

Namun, kiprah sebagai Kepala Bulog dianggap positif. Dilansir dari majalah GATRA, Mei 2000, Rizal berhasil melakukan penghematan dan peningkatan efisiensi biaya sehingga menghasilkan surplus yang signifikan. Ia juga mengonsolidasi rekening-rekening Bulog yang sebelumnya berjumlah 117 rekening menjadi hanya sembilan rekening. Selain itu, dilakukan proses restrukturisasi untuk mempersiapkan Bulog menjadi Perusahaan Umum (Perum).

Hanya selang beberapa bulan mengemban tugas sebagai kabulog, pada Agustus 2000 ia ditunjuk mengisi jabatan Menko Perekonomian (Agustus 2000-Juni 2001) dan kemudian menjadi Menteri Keuangan sejak Juni hingga Juli 2001. Selama menjabat Menko Perekonomian, Rizal juga merangkap beberapa jabatan strategis, seperti ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) dan ketua Tim Keppres 133 untuk renegosiasi listrik swasta.

Sebagai ketua KKSK, Rizal berhasil menelurkan 140 keputusan penting, baik yang menyangkut restrukturisasi utang maupun percepatan penjualan aset yang dikelola BPPN. Salah satunya adalah restrukturisasi bisnis dan utang Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Di tahun 2006, nama Rizal Ramli tergabung dalam Indonesia Bangkit. Indonesia Bangkit adalah akademisi yang melakukan riset-riset ekonomi tentang hubungan Indonesia dengan IMF. Kajian tersebut mendapat sambutan dan dukungan luas dari masyarakat. Sambutan positif tersebut dilatarbelakangi karena tim tersebut memberikan opsi kepada pemerintah untuk mengakhiri hubungan dengan IMF walaupun Indonesia masih menyandang status sebagai anggota.

Di era Presiden Jokowi, tepat pada 12 Agustus 2015, Rizal dipercaya sebagai Menko bidang Kemaritiman. Di kabinet Jokowi, Rizal “dianggap” sering membuat gaduh. Rajawali Ngepret, adalah nama yang ia juluki untik setiap kritikan yang ia lancarkan. Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Sudirman Said tak luput dari rajawali ngepret Rizal. Bahkan, Wakil Presiden Jusuf Kalla diajak pernah debat Rizal perihal proyek listrik 35.000 Megawatt.

Walaupun Rizal sering melancarkan kritik terhadap sesama rekan kerja di kabinet, publik tetap menyukai Rizal Ramli. Lima lembaga survei memberikan penilaian bagus untuk Rizal Ramli. Kelima lembaga itu adalah CSIS, LSJ, Indo Barometer, Poltracking, LKP, dan FFH.

Center for Strategis and Internasional Studies (CSIS) misalnya merilis hasil survei terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla selama setahun. Yang menarik dalam survei setahun Jokowi-JK itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mendapat poin tertinggi dari masyarakat ketimbang Menteri Koordinator lainnya.

Nama Rizal Ramli kmbali mencuat karena dikabarkan sedang dekat dengan aktris cantik Cornelia Agatha karena mereka tepergoki sedang berdua di Bandara Internasional Abu Dhabi.

Tokoh Lainnya

Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif