Tempat & Tanggal Lahir
Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia, 3 Desember 1956
Karir
- Kepala Panglima Koarmabar (2009)
- Kepala Staf ALRI (2012 - 2014)
- Wakil Kepala Staf ALRI (2010 - 2012)
Pendidikan
- AAL (1991)
- Royal Dutch Navy Operation School (1986)
- ISC Royal Naval College (1991)
- Operation Course Italia (2002)
- Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Detail Tokoh
Pada 13 Agustus 2015, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan Bintang Mahaputera kepada mantan Kepala Staf Angkatan Laut RI, Laksamana TNI (Purn) Marsetio di Istana Negara. Seperti yang dilansir dari Kompas.com, pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati mengatakan, Laksamana TNI (Purn) Marsetio pantas menerima Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Jokowi karena kerja kerasnya membangun TNI Angkatan Laut. Saat menerima penghargaan tersebut, Marsetio sedang menjabat sebagai penasihat Senior Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman.
Selain Bintang Mahaputra, Marsetio juga pernah mendapatkan penghargaan medali Pengabdian Militer Dengan Pujian (Meritorious Service Medal-Military) atau Pingat Jasa Gemilang, dari Pemerintah Singapura. Pemberian penghargaan itu merupakan bentuk keberhasilan Marsetio dalam membangun kerja sama dan interaksi di antara TNI AL dengan Angkatan Laut Singapura.
Semasa memimpin TNI AL, Marsetio dinilai aktif mengembangkan pemahaman di antara angkatan laut se-Asia Pasifik. Terbukti, 29 para kepala staf dan panglima angkatan dari masing-masing negara di Asia Pasifik hadir dalam Simposium Internasional yang digelar di Jakarta pada 2013 lalu. Mereka saling membagi pengalaman pelaksanaan program kerja, visi, dan berdialog satu sama lain dalam kedudukan setara.
Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio, MM, lahir di Jakarta, 3 Desember 1956. Lulusan terbaik AAL Bumimoro, Surabaya 1981, ini menjabat Kepala Staf Angkatan Laut sejak 17 Desember 2012. Marsetio merupakan KSAL ke-24, dia menggantikan Laksamana Soeparno yang memasuki dinas pensiun. Sebelumnya Marsetio menjabat sebagai Wakil KSAL. Ia dikenal aktif mengikuti berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan militer maupun pendidikan umum.
Penerima penghargaan Adi Makayasa 1981 sebagai lulusan terbaik AAL Bumimoro, Surabaya ini juga mengikuti pendidikan militer di ISC Royal Naval College 1991, Royal Dutch Navy Operation School 1986, dan Operation Course Italia 2002. Selain itu, dia juga menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di Universitas Gadjah Mada.
Kesibukannya dalam dinas militer tak bisa membendungnya untuk berbagi ilmu dan pengetahuan kepada siapapun. Di sela-sela kesibukannya Marsetio menyempatkan waktu mengajar di Naval War Collage USA, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut, Sesko TNI, dan Lemhannas. Selain itu, ia juga mengajar di berbagai perguruan tinggi, di antaranya Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL), Universitas Pertahanan (Unhan), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) Tanjung Pinang, Universitas Hang Tuah Surabaya dan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Pada 6 Januari 2015, Marsetio resmi mengakhiri kepemimpinannya sebagai KSAL. Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko memimpin Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) dari Laksamana TNI Dr. Marsetio kepada Laksamana Madya TNI Ade Supandi, S.E., di Dermaga Ujung, Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya, Jawa Timur.
Selama bertugas Marsetio berhasil membawa TNI AL untuk bekerja dengan visi the world class navy. Marsetio paham, menjadikan TNI AL yang world class navy tentunya membutuhkan dukungan anggaran, regulasi, prajurit dan komponen tenaga pendidik yang mumpuni. Oleh karena itu, peran pendidik dalam membangun Angkatan Laut Indonesia memiliki peranan yang amat penting. Pendidik harus memiliki pengetahuan (knowladge of subject), kepribadian (attitude), kemampuan memimpin (leader ability) dan kemampuan memberi instruksi (knowledge of teaching techniques).
Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati (Nuning) memuji Laksamana Dr. Marsetio. Menurutnya, selama menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut, berhasil membawa perubahan komprehensif diinternal TNI AL Marsetio, ungkap Nuning, penggagas program pembangunan pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) di AL.
Nuning yang juga penulis buku Komunikasi dan Kinerja Intelijen Keamanan ini menambahkan, gagasan Marsetio dapat dilihat dari bukunnya, Sea Power Indonesia. Dalam buku tersebut dipahami bahwa sea power, tambah Nuning, tidak berarti hanya armada kapal perang saja. Akan tetapi juga mencakup seluruh potensi kekuatan maritim nasional, seperti armada niaga, armada perikanan, industri dan jasa maritim, serta masyarakat maritim dan lain-lain.
Dalam buku yang dimaksud, Nuning menambahkan Marsetio seakan memberi penyadaran, Indonesia haruslah memiliki kekuatan AL yang memadai dan proporsional. Konsep ini juga bisa dimaknai sebagai suatu negara untuk menggunakan dan mengendalikan laut (sea control) serta mencegah lawan dengan menggunakannya (sea denial).