Menuju konten utama
Jonathan Limbong Parapak

Jonathan Limbong Parapak

Komisaris Utama PT Indonesian Satellite Corporation (1991 - 1999)

Tempat & Tanggal Lahir

Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Indonesia, 12 Juli 1942

Karir

  • Anggota Dewan Gubernur mewakili ASEAN Intelsat (1985 - 1990)
  • IMC Engineer PT Indosat Jakarta (1969 - 1970)
  • Station Engineer PT Indosat Jakarta (1971 - 1972)
  • System Engineer PT Indosat Jakarta (1973 - 1975)
  • Komisaris PT Aplikanusa Lintasarta (1988 - 1991)
  • Komisaris Utama PT Gratika Nusantara (1987 - 1991)
  • Sekretaris Jenderal Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya (1998 - 1999)
  • Presiden Komisaris PT First Media Tbk (2000 - 2011)
  • Rektor Universitas Pelita Harapan
  • Komisasris Independen PT Multipolar Tbk (2001)
  • Komisasris Independen PT Matahari Department Store Tbk (2010)
  • Komisasris Independen PT Matahari Putra Prima Tbk (2010)
  • Komisasris Independen PT Lippo Karawaci Tbk
  • Komisasris Independen PT Siloam International Hospitals Tbk (2013)
  • Komisasris Independen PT Link Net Tbk (2013)
  • Non-Executive Director Acrossasia Ltd. (Sebelumnya Acrossasia Multimedia Ltd.) (2002 - 2006)
  • Chairman of the Council of Professionals and Association The Indonesian Infocom Society
  • Manager Operations & Engineering PT Indosat (1975 - 1977)
  • Director Operation & Engineering PT Indosat (1978 - 1980)
  • Direktur Utama PT Indonesian Satellite Corporation (1980 - 1991)
  • Sekretaris Jenderal Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (1991 - 1998)
  • Komisaris Utama PT Indonesian Satellite Corporation (1991 - 1999)

Pendidikan

  • S1 Jurusan Telekomunikasi, Fakultas Teknik Universitas Tasmania, Australia
  • S2 Jurusan Telekomunikasi, Fakultas Teknik Universitas Tasmania, Australia
  • SMA Negeri Bawakareng, Sulawesi Selatan

Detail Tokoh

Kondisi tanah asal Jonathan Limbong Parapak, Rantepao, sebuah desa di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yang masih sulit dijangkau hubungan komunikasi ke luar saat ia masih kecil menumbuhkan motivasinya untuk rajin belajar. Hanya satu tujuannya, dapat membawa Rantepao pada dunia luar. Beberapa tahun kemudian, ia berhasil membuktikan diri sebagai profesional yang tangguh. Ia membangun Indosat, sebuah perusahaan telekomunikasi Indonesia terkemuka, selama puluhan tahun sejak tahun 1969 yang kemudian tidak hanya membawa Rantepao, tapi seluruh Indonesia terkoneksi melalui jaringan telepon. 

Jonathan dilahirkan pada 12 Juli 1942 di Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Namanya dikenal begitu luas dalam dunia bisnis tanah air. Nathan, begitu ia akrab disapa,  adalah seorang pengajar dan mantan Direktur Utama PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat). Saat ini ia menjabat sebagai rektor Universitas Pelita Harapan, Tangerang, menggantikan rektor sebelumnya, Yohanes Oentoro. Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi pada 1991-1998. Tahun 2000, ia mengajukan pensiun dini ke Menteri Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, untuk memilih mengabdi di bidang pendidikan. Ia bergabung dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) sebagai penasehat pada 2001 dan diangkat menjadi Rektor Universitas Pelita Harapan pada 2006

Nathan sedari kecil telah memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Pelajaran tidak menjadi beban baginya. Nathan menamatkan Sekolah Rakyat (kini Sekolah Dasar), dan Sekolah Menengah Pertama dengan hasil yang baik sehingga dapat melanjut ke Sekolah Menengah Atas yang baru dibuka di Rantepao ketika itu. Keadaan sekolah waktu itu cukup memprihatinkan. Belum tersedia guru tetap, maka semua tenaga pengajar yang ada adalah pengerahan tenaga mahasiswa (PTM). Ruangan kelas dibentuk dari aula yang dipinjam. Nathan belajar di SMA di Rantepao sampai kelas II. Sementara kelas III, oleh kakak iparnya ia diantar ke Makassar untuk menyelesaikan sekolah di SMA Negeri Bawakaraeng. Nathan lalu lulus SMA tahun 1961 dengan hasil baik, walaupun selama setahun di Makassar tinggal di asrama yang kurang terurus, makanan sangat kurang dan lingkungan tidak terlalu mendukung untuk belajar dengan baik.

Selepas dari SMA, Nathan diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada waktu yang bersamaan ia mengikuti proses seleksi beasiswa Colombo Plan. Ternyata Nathan terpilih dan ia bersama beberapa mahasiswa lainnya berangkat ke Australia, November 1961. Keberangkatan ke Australia adalah hal yang tidak pernah Nathan duga sebelumnya. Nathan berangkat hanya berbekal tekad untuk sukses dan kemampuan bahasa Inggris yang sangat terbatas. Perlengkapan yang ia bawa pun jauh dari memadai, dia menuju arena baru yang secara budaya amat asing baginya. Ia bersama lebih dari 40 mahasiswa Indonesia dipersiapkan selama 2 bulan di Sydney dan kemudian dikirim ke Universitas Tasmania.

Nathan tidak pernah hidup dalam rumah yang diterangi listrik sampai pindah ke asrama di Makassar dan itu membuatnya ia memberanikan diri mengambil jurusan listrik arus lemah (telekomunikasi) di Australia. Kuliah di Fakultas Teknik Universitas Tasmania itu dirasakan cukup berat baginya. Kuliah mulai pukul 09.00 pagi sampai pukul 13.00 setiap hari, disambung dengan praktikum dari pukul 14.00 sampai 17.00, bahkan sering sampai malam.

Di samping bahasa Inggris yang masih terbatas, latar belakang tekniknya sebagai anak desa kurang mendukung, sehingga cukup mempersulit awal perkuliahannya. Namun tekadnya untuk belajar sebaik mungkin tak pernah surut. Nathan menyelesaikan studinya tepat waktu dengan hasil yang cukup baik. Ia kemudian diterima melanjutkan studi pada strata II, Program Master of Engineering Science, yang diselesaikan tepat waktu pula.

Di samping perkuliahan, ia melibatkan diri dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan dan kemasyarakatan sehingga ikut membentuk dirinya dalam kepemimpinan dan bekerja sama dengan berbagai unsur masyarakat. Ia ikut menjadi pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tasmania. Nathan pun menjadi pengurus dan bahkan Ketua Persekutuan Mahasiswa Kristen di universitas. Dia juga sempat menjadi pengurus Gereja setempat.

Salah satu aspek yang menarik dari pembelajaran yang dialami Nathan di Australia adalah keharusan untuk kerja praktik selama libur di bidang yang sesuai dengan program studi. Kesempatan itu merupakan pengalaman yang amat berharga selama 5 tahun bekerja di berbagai tempat, seperti bengkel lokomotif, kantor perencanaan sistem komunikasi radio, serta instalasi, komunikasi radio di Tasmania sampai perusahaan perencanaan sistem komunikasi microwave di Tasmania dan di Melbourne, Australia.

Ia kembali ke Indonesia tahun 1969. Pada 4 Desember 1971, ia menikah dengan Anne Berniece Atkinson, rekan sepelayanan yang dipertemukan di kegiatan persekutuan doa kampus di kampusnya. Memulai karier awalnya sebagai staf PT Indosat pada tahun 1969, selanjutnya ia duduk sebagai Direktur Utama perusahaan tersebut dari 1980 hingga 1991.

Ia kemudian mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa (H.C) dari Ouachita Baptist University.

Dari pengalamannya, Nathan amat menyadari bahwa kemajuan teknologi informasi tidak hanya mempermudah komunikasi serta mempercepat penyebaran informasi, melainkan juga memiliki nilai strategis secara ekonomis dan politis. Lancarnya komunikasi dan informasi yang tidak lagi dibatasi oleh faktor geografis, memiliki sumbangan besar dalam mempersatukan bangsa. Visi itulah yang telah memotivasi Nathan untuk bekerja tak kenal lelah mengembangkan dunia informasi dan telekomunikasi demi bangsanya.

Tokoh Lainnya

Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI