Tempat & Tanggal Lahir
Magelang, Kota Magelang, Jawa Tengah, Indonesia, 27 September 1931
Karir
- Guru SMP Mardijuwana (1952 - 1953)
- Guru Sekolah Guru Bantu (SGB), Bogor (1953 - 1954)
- Guru SMP Van Lith, Jakarta (1954 - 1956)
- Redaktur Mingguan Penabur (1955 - 1955)
- Ketua Editor- Pimpinan majalah bulanan Intisari (1963 - 2016)
- Ketua Editor-Pimpinan Harian Kompas (1965 - 2016)
- Presiden Komisaris Kompas Gramedia
Pendidikan
- Perguruan Tinggi Publisistik, Jakarta (1955 - 1959)
- Seminari Menengah (1945 - 1951)
- Jurusan Publisistik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada (1956 - 1961)
Detail Tokoh
Jakob Oetama adalah pendiri dan pemilik kelompok usaha Kompas Gramedia. Kompas Gramedia menaungi harian Kompas, majalah Intisari, toko buku Gramedia dan penerbitan. Setamat dari salah satu Seminari Menengah di Yogyakarta pada 1950, Jakob mengajar di beberapa sekolah. Tak hanya mengajar dia juga mendalami jurnalistik.
Pada 1955 Jakob menjadi redaktur mingguan Penabur di Jakarta. Kemudian masuk Perguruan Tinggi Publisistik di Jakarta dan Fakultas Sosial Politik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kedua studi beda kota itu pun berhasil diselesaikannya dengan baik pada 1959 dan 1961.
Jakob kian serius di dunia jurnalistik dengan mendirikan majalah Intisari pada 1963 bersama karibnya Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong). Majalah ini cukup sukses beroperasi pada masa itu. Tengah tahun 1965, pada 28 Juni, mereka berdua mendirikan Kompas. Harian menjadi salah satu harian yang populer di Indonesia. Kompas tampil dengan jargon "Amanat Hati Nurani Rakyat" menampilkan diri dalam gaya yang kalem. Di awal terbitnya, Kompas beroplah kecil dan selalu terbit terlambat akibat antre di percetakan. Kompas pernah dijuluki sebagai “Komt Pas Morgen” (baru datang esok harinya).
Jakob kerap dinilai oleh jurnalis-jurnalis muda sebagai wartawan yang tidak begitu berani, bukan sosok pejuang yang gagah berani menantang maut seperti Aristides Katopo (Sinar Harapan), MOchtar Lubis (Indonesia Raya) dan Rosihan Anwar (Pedoman). Di pihak lain Jakob dipuji sebagai wartawan yang santun, dan cukup baik mengurus anak buahnya. Kepribadian yang manis seperti itulah yang membuat pemerintah Orde Baru menaruh kepercayaan yang besar kepada Jakob Oetama. Sebuah kepercayaan yang rupa-rupanya tidak mutlak dan tulus. Pada suatu saat Kompas ikut dibredel juga, meski kemudian diizinkan terbit kembali.
Perusahaan media yang dipimpin Jacob terus berkembang. Tak hanya membawahi Intisari dan Kompas saja. Bahkan usaha keluarga Jacob juga merambah bidang lain termasuk perhotelan. Kelompok bisnis media Kompas Gramedia juga belakangan mendirikan Universitas Multimedia Nusantara.