Tempat & Tanggal Lahir
13 Maret 1982
Karir
- Mahasiswa Indonesia
Pendidikan
- Teknik Industri di Institut Sains dan Teknologi Akademi Perindustrian (Akprind) Yogyakarta (2005)
- Fakultas Electrical Engineering, Mathematics and Computer Science di Technische Universitet (TU) Delft (2009)
Detail Tokoh
Nama Dwi Hartanto sempat menjadi sorotan media massa, ketika ia dijuluki sebagai "The Next Habibie". Dwi juga disebut sebagai ilmuwan muda Indonesia ahli dirgantara dan roket. Kandidat profesor di Technische Universitet (TU) Delft, Belanda ini juga mengaku tengah diminta untuk mengembangkan pesawat jet tempur generasi keenam yang super canggih.
Pada Desember 2016 lalu, lebih dari 40 orang peneliti diaspora yang mengajar dan meneliti di berbagai negera datang ke acara Visiting World Class Professor. Dwi juga turut hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional.
Baru-baru ini, berbagai prestasi yang pernah diklaim Dwi dan membuatnya dianugerahi penghargaan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia dicabut oleh KBRI Den Haag. Pencabutan dilakukan setelah alumni dan Perhimpunan Pelajar Indonesia Delft menginvestigasi berbagai klaim prestasi Dwi.
Hasil investigasi itu mementahkan semua klaim pencapaian itu mulai dari fakta soal pertemuannya dengan BJ Habibie, latar belakang pendidikan hingga prestasi di bidang antariksa. Dwi mengakui dirinya salah, khilaf dan tidak dewasa yang menyebabkan munculnya informasi tidak sesuai kenyataan dan manipulasi fakta.
Dwi lulus S1 dari Teknik Industri di Institut Sains dan Teknologi Akademi Perindustrian (Akprind) Yogyakarta tanggal 15 November 2005. Bukan lulusan Institut Teknologi Tokyo seperti yang pernah diakuinya dalam sebuah kesempatan wawancara. Dwi menyelesaikan S2 di Fakultas Electrical Engineering, Mathematics and Computer Science di Technische Universitet (TU) Delft tahun 2009, dan meneruskan S3 di bidang Intelligent System Technische Universitet (TU) Delft. Saat ini statusnya adalah kandidat Doktoral, bukan calon profesor. Atas gelar PhD yang sering disebutkannya, kini Dwi tengah menghadapi serangkaian sidang di kampusnya.
Dia juga mengaku mendapat beasiswa S2 dari pemerintah Belanda di Technische Universitet (TU) Delft. Namun lagi-lagi itu bohong. Dwi pun mengakui dia bukanlah ahli dalam bidang kedirgantaraan dan roket seperti yang sering digembor-gemborkan selama ini. Roket yang diakuinya sebagai proyek dari lembaga antariksa Belanda, nyatanya proyek roket amatir mahasiswa sebagai ekstrakulikuler di kampusnya.
Dia juga tak pernah membuat proyek roket dan satelit untuk lembaga antariksa Jepang, Eropa dan Airbus Defence. Begitu juga dengan klaimnya menjadi otak pengembangan pesawat tempur generasi keenam. Semuanya tidak benar. Foto saat Dwi menang lomba bergengsi soal antariksa juga ternyata hanya foto editan yang ditambah cerita karangannya.
Melalui sebuah pernyataan yang diunggah ke website resmi Perhimpunan Pelajar Indonesia Delft (PPI Delft), Dwi menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf atas semua klaim yang pernah ia lakukan.
Dalam surat itu dia pun berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan serupa, tetap berkarya dan berkiprah sesuai bidang kompetensinya, serta akan menolak memenuhi pemberitaan dan undangan berbicara resmi yang di luar kemampuannya.
Sumber riset: http://www.ppidelft.net/2017/10/klarifikasi-dan-permohonan-maaf-oleh-dwi-hartanto/
http://www.antaranews.com/berita/657243/dwi-hartanto-minta-maaf-soal-kebohongannya-ini-klarifikasi-ppi-belanda
http://www.antaranews.com/berita/657238/dwi-hartanto-akui-melebih-lebihkan-informasi-prestasinya-di-belanda?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_campaign=news