Menuju konten utama
Dading Kalbuadi

Dading Kalbuadi

Panglima Komando Daerah Pertahanan dan Keamanan Timtim

Tempat & Tanggal Lahir

Cilacap, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia, 14 April 1931

Karir

  • Komandan Group 2 Kopasandha
  • Komandan Operasi Seroja Timor-Timur
  • Panglima Komando Daerah Pertahanan dan Keamanan Timtim

Pendidikan

  • Fort Benning USA (1963)

Detail Tokoh

Kontak senjata baru saja usai. Di antara kepulan asap senapan dan debu-debu, suara rintihan terdengar oleh para serdadu yang tiarap. Samar-samar terlihat tubuh Dading Kalbudi terkapar di tanah. Ia kesakitan. Lehernya terluka terserempet serpihan bazoka.

Peristiwa itu diceritakan Julius Pour dalam Benny: Tragedi Seorang Loyalis. Benny dan Dading Kalbudi sama-sama terlibat dalam penumpasan PRRI-Permesta, mereka berasal dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Mereka terpisah ketika Dading disekolahkan di Fort Banning USA pada 1963. 

Keduanya dipertemukan lagi pada 1975, ketika itu pemerintah Indonesia sedang dalam upaya mengintegrasi Timor-Timur. Indonesia mengubah strategi dari Operasi Komodo dengan pendekatan sosio-politik di bawah Operasi Khusus (Opsus) menjadi operasi militer-sipil lokal dengan sandi Operasi Flamboyan di bawah koordinasi Departemen Pertahanan dan Keamanan. Benny yang menjadi staf intelijen Hankam langsung mengontak Dading Kalbudi, rekan sejawatnya di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Angkatan Darat (P3AD), untuk menjadi komandan lapangan Operasi Flamboyan.

Penunjukkan Dading sebagai Komandan operasi tak lepas dari pengalaman tempur perwira asal Cilacap ini. Sejak berkarir di militer Dading selalu terlibat dalam pertempuran. Pengalamannya dimulai ketika ia masuk dalam kelompok kelaskaran IMAM (Indonesia Merdeka ATAU Mati) pada 1946-1950 di sekitar Banyumas. Semenjak itu Dading terlibat dalam penumpasan DI/TII, PRRI-Permesta dan Operasi Mandala.

Meski dua tahun lebih senior dari Benny, pangkat Dading lebih lambat darinya. Pada operasi di Timor Timur Benny sudah lebih dulu jadi Mayjen sementara Dading masih Kolonel. Operasi di Timor-Timur-lah yang membuat karir militer Dading menjadi lebih cepat—juga perwira-perwira lain. Tapi “percepatan karir” itu tidak gratis. Pada penerjunan di Balibo, pasukan Dading adalah pasukan intelijen sekaligus tempur yang bergerak mandiri. Sebagai pasukan intelijen mereka merekrut dan mempersenjatai sipil anti Fretelin yang gerak mereka senyap tanpa bekas. Sebagai pasukan tempur mereka terlibat langsung dalam penyerbuan yang tanpa dukungan logistik dari pasukan pendukung. Benny menyebutnya sebagai pasukan “One Ticket”.  Oleh karena di lapangan, pasukan Dading ini memakai jeans dan pakaian sipil menyamar sebagai orang Lorosae. Belakangan orang menyebut pasukan Dading dengan istilah Blue Jeans Soldier.

Strategi awal Benny, Dading Kalbudi diberi target menguasai Balibo, pintu gerbang Timor-Timur di sisi utara yang paling dekat dengan pelabuhan   Roger East. Penguasaan Balibo penting bagi militer, karena di situlah kapal perang Indonesia akan ditempatkan. Di kemudian hari kapal perang TNI bisa mudah mengangkut pasukan TNI memasuki Timor Timur.

Akhirnya subuh 16 Oktober 1975 sekelompok orang berkulit coklat tua bercampur dengan lelaki-lelaki tegap bercelana jeans menenteng senjata dengan mata waspada menuju benteng Balibo. Ada lima berkulit putih di benteng itu, mereka adalah Malcolm Rennie, Greg Shackleton, Gary Cunningham, Brian Peters dan Tony Stewart. Kelimanya wartawan asal Australia. Menjelang fajar benteng berhasil dikuasai. 5 wartawan itu ditemukan tewas.

Infantri Yunus Yosfiah komandan kompi Tim Susi” dikomandani mengontak Dading untuk mengabarkan persoalan itu. Dading mengontak Jakarta. Tidak jelas apa jawaban komandan di Jakarta. Namun belakangan terungkap, 5 wartawan itu dibakar untuk menghilangkan jejak.

Setelah Balibo dikuasi operasi militer berlanjut. 7 Desember 1975 ibukota Timor Timur, Dilli, diluluhlantakan melalui darat, laut dan udara. Perlahan tapi pasti Timor Timur dikuasai Indonesia. Tinggal yang belum beres adalah gerombolan pasukan Fretilin berambut ikal gondrong yang gerilya di gunung-gunung. Militer Indonesia menyebut mereka dengan istilah “krebo hutan”. Selama operasi itulah Dading Kalbuadi naik pangkat sekaligus naik jabatan menjadi Panglima Komando Daerah Pertahanan dan Keamanan Timtim dengan pangkat Brigadir Jenderal.

Dading baru meninggalkan Timor Timur sekitar 1978. Ia dipindahtugaskan ke Bali menjadi Panglima Kodam IX Udayana. Tapi bukan berarti ia sama sekali lepas dari masalah keamanan Timor Timur. Karena wilayah pertahanan Kodam Udayana meliputi provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur. Tugas menjadi Pangdam ini ia emban sampai 18 Mei 1983.

Karir Dading menanjak lagi ketika Benny menjadi Panglima TNI pada 1983-1988. Dading ikut terangkat, ia ditunjuk menjadi Kepala Staf Umum (KASUM) pada 1986. Ketika Benny menempati kursi Menteri Pertahanan, Dading kembali terangkat. Dading ditunjuk sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan. Inilah jabatan terakhir di lingkup militer yang disandang Dading.

Dari Timor Timur Dading tidak hanya membuatnya masuk jenjang lebih tinggi, tapi juga membawa cerita menarik tentang Fransisco Xavier do Amaral. Amaral adalah proklamator kemerdekaan Timor Timur pada 28 November 1975. Ia adalah presiden Timor-Timur pertama yang menjabat hanya dalam waktu 10 hari sebelum Dili dikuasai Indonesia pada 7 Desember 1975.

Amaral lalu ditangkap oleh Batalyon 748 di bawah Kolonel RPKAD Dading Kalbuadi. Sejak 1983 Amaral tinggal di rumah Dading di kawasan perumahan RPKAD di Cijantung. Wartawan senior, Rosihan Anwar, dalam Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia, Volume 1, mengungkap Dading "membina" Amaral di rumahnya. Dading tidak memenjarakan Amaral tapi juga tak membiarkannya bebas sebab Amaral harus selalu di bawah pengawasaanya.

Desas desus yang berkembang di rumah Dading, Amaral bekerja “merawat kuda dan menjaga kebun”. Amaral juga diberi rumah, letaknya tidak jauh dari rumah dading. Majalah Historia menyebut ada lukisan Dading dengan seragam baret merah RPKAD dalam ukuran besar. Amaral mengaku, Dading memperlakukannya dengan baik bahkan menganggapnya sebagai pahlawan. Ia bahkan sangat menghormati Dading yang “menawan”nya.

Pada  30 Agustus 1999 situasi berubah, Timor-Timur melakukan referendum. Dua bulan setelah itu,10 Oktober 1999, Dading yang pernah merebut Lorosae meninggal dunia. Amaral kehilangan orang yang “membinanya”. Ia akhirnya kembali ke Timor Leste.

 

 

.

Tokoh Lainnya

Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN