Menuju konten utama
Atjoem Kasoem

Atjoem Kasoem

Pengusaha Indonesia

Tempat & Tanggal Lahir

Kampung Bojong, Kadungora, Garut, 9 Januari 1916

Karir

  • Pengusaha Indonesia

Detail Tokoh

Nama lengkapnya Atjoem Kasoem, tapi ia populer dengan nama A. Kasoem. Pria ini dikenal karena menjadi pengusaha kacamata di Indonesia. Sebelum menjadi pengusaha, Kasoem mengawali sebagai asisten pemilik toko kacamata berkebangsaan Jerman, bernama Kurt Schlosser.

 

Di mata Shlosser, Kasoem dikenal sebagai karyawan rajin. Shlosser melihat kesungguhannya dalam menjalankan pekerjaan, karena itulah Schlosser kemudian bersimpati dan menyuruhnya belajar dengan tekun tentang seluk beluk kaca mata dan cara berbisnis agar kelak dapat mewarisi usahanya itu.

 

Seiring berjalannya waktu, Kasoem yang tadinya seorang pegawai dapat membeli toko dari hasil tabungannya. Sejak saat itulah ia merintis usaha kacamata. Sambil menjalankan jualan toko kacamata, Kasoem belajar mendalami usaha pembuatan lensa di Jerman. Setelah berhasil memahami pembuatan lensa yang baik dan bagus untuk dikenakan orang, ia berani mendirikan pabrik lensa bifokus di Kadungora, Garut. Pabrik ini lalu menjadi salah satu pabrik terbesar di Asia pada masanya. Pendirian pabrik diresmikan oleh Adam Malik.

 

Pada 30 Januari 1956 Kasoem mendirikan toko kacamata, tempatnya di Jalan Cikini Raya no 16. Toko itu merupakan toko kelima yang didirikan Kasoem. Kasoem menjual kacamata di toko itu dengan harga antara Rp25 hingga Rp1000. Bila pengunjung hanya ingin membeli kacanya saja, maka dapat dibawa pulang dengan harga antara Rp 40 hingga Rp 100.

 

Pegawai di toko Kasoem mendapat gaji cukup. Mereka juga mendapatkan jaminan sosial dan mendapatkan pelatihan agar kelak bisa menjadi pengusaha mandiri. Paling tidak, pegawainya dapat mendirikan usaha secara perseorangan. Bagi Kasoem kebijakan ini tidak membahayakan usahanya. Ia hanya merasa perlu untuk membuat lingkungan sekitarnya bergerak maju, tidak menjadi pegawai melulu.

 

Tekad Kasum Menjadi Pedagang

 

Kasoem adalah putra keempat dari keluarga Hasan Basri. Masa kecilnya dihabiskan di sekolah Taman Siswa. Ketika memasuki usia remaja, Kasoem terkenal sebagai sosok pemberontak. Terutama jika ia mengalami perbedaan pendapat dengan gurunya. Sikap keras kepalanya itu, belakangan justru mengubahnya menjadi seorang pengusaha ternama dari Jawa Barat.

 

Minat Kasum berdagang bersemi sejak dimasukkan ke Sekolah Dagang Bandung. Di sini, ia belajar cara berdagang, dimulai dari cara mendapatkan modal, mengelola, dan cara menjual barang atau jasanya. Ia amat antusias, lulus dari sekolah ia benar-benar memulai usaha dagang dengan modal pemberian ayahnya.

 

Kasoem memulai usaha dagangnya dengan berjualan kacamata dari rumah ke rumah. Ternyata caranya ini tak membuahkan hasil. Ia sadar ada kekeliruan dengan caranya menjalankan bisnis. Ia merugi. Modal pun habis. Kasoem tak hilang akal, daripada minta tambahan modal lagi pada orang tuanya, ia memilih bekerja di sebuah toko kacamata di Jalan Braga, Bandung pada 1937. Toko kacamata itulah toko milih Kurt Schlosser, belakangan toko tersebut dibeli oleh Kasoem.

 

Pengalaman bekerja ditambah dengan rajin membaca buku dan majalah membuat Kasoem belajar sedikit demi sedikit cara berbisnis. Ia juga belajar dari pemilik toko tempat ia bekerja sebelumnya, Schlosser. Kebaikan hati Schlosser membagi ilmu dagang pada Kasoem sebelum kembali ke Jerman menjadi bekalnya menjalankan bisnis.

 

Setelah memiliki toko bekas Schlosser, Kasoem mengembangkan bisnisnya dengan membuka toko baru. Pada 1939 Kasoem juga berhasil membeli gedung di Jalan Braga 21. Ketika terjadi peristiwa Bandung Lautan Api, 24 Maret 1946, Kasoem dan keluarga mengungsi ke Tasikmalaya dengan membawa barang dagangannya.

 

Dari Tasikmalaya keluarga Kasum pindah lagi ke Klaten, Jawa Tengah. Di Klaten, Kasoem tak mau berpangku tangan. Ia membuka toko kacamata dengan modal dan bahan-bahan dari Bandung. Bahan-bahan tersebut ternyata cukup untuk memproduksi kacamata selama tiga sampai empat tahun. Untuk memproduksi kacamata berkualitas, Kasoem menggosok kacamatanya dengan batu yang ia peroleh di sekitar Prambanan.

 

Meski membuka usaha di masa-masa sulit, Kasum masih dapat membantu keluarganya bertahan hidup. Kasoem juga bisa membantu tentara memenuhi kebutuhan logistik untuk kebutuhan perang.

 

Sambil bertahan di tengah gejolak perang mempertahankan kemerdekaan, Kasoem menjadikan Klaten sebagai pusat usaha. Dia tak bisa kembali ke Jawa Barat sampai keadaan aman, untuk itu ia bertahan di Klaten dan menjalin jaringan luas sampai ke Solo dan Yogyakarta. Demi meningkatkan usahanya, Kasoem akhirnya membuka toko cabang di Kota Solo dan Yogyakarta dengan modal dari hasil keuntungan usaha di Klaten.

 

Ketika kedaulatan kemerdekaan bangsa Indonesia diakui Belanda, Kasoem kembali ke Bandung dan membuka toko kacamatanya lagi di Jalan Braga pada 1955. Waktu ia kembali, rata-rata tempat usaha di Bandung sudah dikuasai oleh pengusaha keturunan Cina.

 

Tak mau kalah bersaing, Kasoem kemudian mengembangkan usahanya dengan bantuan modal dari bank. Pada 1970 ia mendirikan pabrik optik pertama di Indonesia. Namun setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, pabrik ini kena dampaknya kemudian bangkrut. Walaupun begitu, ia tak kehilangan toko-toko kacamatanya. Banyak toko masih diselamatkan olehnya, sampai akhirnya ia meninggal dan mewariskan bisnis kacamata pada delapan putra-putri dan cucu-cucunya.

 

Merk dagang kacamata warisan Kasoem kini sudah hadir dalam berbagai macam, antara lain A Kasoem, PT Kasoem, Lily Kasoem, dan Cobra. Produk-produk tersebut sudah tersebar ke berbagai kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta, Cirebon, dan beberapa kota di luar pulau Jawa.

 

Tokoh Lainnya

Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI