Tempat & Tanggal Lahir
1 Januari 1970
Karir
- Ketua Umum IDAI
Pendidikan
- Universitas Indonesia
Detail Tokoh
dr. Aman Bhakti Pulungan merupakan seorang Dokter Spesialis Anak. Saat ini, dr. Aman Bhakti Pulungan berpraktek di Rumah Sakit Pondok Indah di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo di Senen, Jakarta Pusat. Sebagai seorang dokter, beliau telah mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia. dr. Aman Bhakti Pulungan merupakan anggota dari Ikatan Dokter Indonesia, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Adapun layanan kesehatan yang diberikan oleh dr. Aman Bhakti Pulungan adalah Kesehatan Anak Dan Dewasa, Check Up Kesehatan, Konsultasi Kesehatan, Pemeriksaan Fisik, dan Imunisasi Anak.
Ketika kasus vaksin palsu sedang ramai di beberapa daerah di Indonesia Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Soedjatmiko menilai sejauh ini belum mendapati bahaya vaksin palsu bayi, yang kasusnya tengah dibongkar Bareskrim Polri. Menurut Soedjatmiko, berdasarkan laporan timnya di lapangan serta informasi dari Bareskrim dan BPOM, kabarnya isi vaksin palsu bayi itu baru berupa cairan infus dan antibiotik. "Kalau bicara dampak vaksin, tentu tergantung isi vaksin apa. Sejauh yang saya dapat informasi dari Bareskrim dan BPOM, kabarnya isinya dua yakni cairan infus dan antibiotik," kata Soedjatmiko saat diskusi bertajuk Jalur Hitam Vaksin Palsu di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (15/7).
Menurut dia, kalau benar isi vaksin hanya infus dan antibiotik, maka tidak berbahaya. Sebab, dia menjelaskan, cairan infus memang biasa diberikan kepada orang yang sakit. Isi cairan infus memang steril. Sedangkan gentamicin antibiotik itu gunanya untuk membunuh kuman. "Jika di dalam valsin itu betul hanya infus dan gentamicin, maka secara teoritis dan laporan di lapangan, tidak mendapat (dampak) apa-apa anak itu. Asal pembuatan steril," kata dia. Soedjatmiko menambahkan, kalau memang benar berarti anak-anak yang divaksin palsu tidak mendapatkan pengaruh apa-apa. Misalnya, kata dia, yang seharusnya kebal penyakit setelah divaksin maka itu tidak terjadi. Karena di dalam kandungan vaksin palsu tidak memberikan efek apa pun kepada anak-anak.
"Intinya bapak ibu yang anaknya mendapat vaksin palsu, sama seperti tidak divaksin karena kekebalannya tidak ada. Sampai saat ini yang dimasukkan ke dalam vaksin itu ialah barang tidak berbahaya," ujar Soedjatmiko. Meski begitu, dia memahami kegelisahan yang dialami para orang tua anak, yang diduga divaksin palsu. Tentu orang tua ingin mendapatkan yang terbaik untuk anaknya. "Kami prihatin dan bisa mengerti kegelisahan orang tua. Ketidakmengertian membuat ketakutan berlebihan. Saya sebagai orang tua juga merasa demikian," pungkasnya.