Menuju konten utama
Ali Sadikin

Ali Sadikin

Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia ke-8 (1977 - 1981)

Tempat & Tanggal Lahir

Sumedang, Jawa Barat, Indonesia, 7 Juli 1927

Karir

  • Menteri Perhubungan Laut Indonesia ke-16 (1963 - 1966)
  • Menteri Koordinator Kompartemen Kemaritiman Indonesia ke-1 (1964 - 1966)
  • Gubernur DKI Jakarta ke-9 (1966 - 1977)
  • Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia ke-8 (1977 - 1981)

Detail Tokoh

Ali Sadikin adalah gubernur pertama di Indonesia yang dilantik di istana negara oleh Presiden Soekarno. Pelaksanaan pelantikan tesebut terjadi pada tanggal 28 April 1966, Pukul 10.00. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1966, Ali Sadikin kemudian resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta pertama di Indonesia. Dalam surat keputusan tersebut juga dilayangkan peresmian Ali Sadikin sebagai anggota Staf Waperdam Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan.

Ali Sadikin banyak sekali membuat terobosan. Baik Kebijakan – kebijakan kontroversial dan kebijakan – kebijakan yang positif. Salah satu contoh kebijakan kontroversial yang dibuat oleh Ali Sadikin adalah mengizinkan pembangunan proyek – proyek hiburan malam. Selain itu, ia memperbolehkan adanya hiburan berupa perjudian di kota Jakarta. Dalam setiap kegiatan perjudian, selalu dipungut pajak dan hasil dari pungutan pajak tersebut dipergunakan untuk membangun kota serta membangun Kompleks Kramat Tunggak.

Selain Kebijakan – kebijakan kontroversial, Ali Sadikin pun telah melakukan pembangunan infrastuktur Jakarta. Ia membuat Jakarta memiliki Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Proyek Senen, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, dan memberikan perhatian pada kota satelit yaitu Kota Pluit di Jakarta Utara. Selain itu, pada masa kepemimpinannya, Jakarta menggelar Abang dan None Jakarta.

Berkat pemikiran Bang Ali, Jakarta memiliki event perta rakyat setiap hari jadi Kota Jakarta pada 22 Juni. Ia juga mengajak masyarakat melakukan pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet. Bersamaan dengan penghidupan kembali budaya Betawi di tengah masyarakat, kuliner seperti kerak telor menjadi diminati oleh banyak orang. Kebiajakan ini menjadikan pertunjukkan ondel-ondel dan topeng betawi hidup di pesta rakyat setiap tahunnya. Bang Ali juga sempat memberi perhatian pada kehidupan arti yang telah pensiun. Kebanyakan mereka tinggal di kawasan Tangki. Sampai-sampai masyarakat luar Tangki menyebut kawasan itu sebagai Tangkiwood.

Ada beberapa perbaikan di bidang infrastuktur terutama transportasi publik dan jalan raya yaitu mendatangkan bus kota dan menata jalur trayeknya serta membangun halte untuk mengoordinasi penumpang supaya lebih teratur. Selain Infrastuktur, dalam bidang olahraga, DKI Jakarta, selama berada di bawah kepemimpinannya selalu menjadi tuan rumah dalam menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON). Tak hanya sebagai penyelenggara, kontingen DKI Jakarta pun selalu berhasil keluar sebagai juara umum berkali-kali.

Kemampuannya dan mengoragnisasi semua hal selama ia memimpin kemungkinan didaptnya dari hasil latihan militer. Sebelum menjadi gubernur, ia adalah seorang letnan Jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut). Pria kelahiran Sumedang, 7 Juli 1927 ini ditunjuk oleh Presiden Soekarno sendiri pada 1966 agar bersedia menjadi seorang gubernur memimpin DKI Jakarta. Ia berpasangan dengan tokoh Sunda, Raden H. Atje Wiriadinata. Berdua mereka duet membangun kota Jakarta.

Bang Ali Isempat menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, ini artinya ia memahami bidang administrasi. Ia juga sempat menjabat sebagai Menteri Koordinator Kompartemen Kemaritiman Indonesia untuk masa jabtan 27 Agustus 1964 sampai 28 Maret 1966. Pernah menjadi Menteri Perhubungan Laut Indonesia pada 13 November 1963 sampai 28 Maret 1966. Di bidang olahraga namanya pun muncul sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Ia menikah dengan Nani Sadikin, seorang dokter gigi yang akrab dipanggil Mpok Nani. Oleh rakyat, pasangan ini dikenal sebagai pejabat dan istri pejabat yang ramah. Keramahan mereka membuat rakyat amat mencintai mereka.

Sepak terjang Ali Sadikin di bidang politik, pembangunan, dan militer secara langsung berakhir pada 1977. Ia pensiun. Kepemimpinannya sebagai gubernur digantikan oleh Letjen Tjokropranolo. Meskipun sudah berhenti dari jabatannya, ia tetap bersedia menyumbangkan ide-idenya untuk masyarakat, utamanya dalam masalah pembangunan kota Jakarta. Ketika pemerintahan negara Republik Indonesia dipegang oleh Soeharto, ia masuk ke dalam anggota Petisi 50. Kelompok Petisi 50 merupakan kelompok kritis yang terdiri atas tokoh-tokoh militer dan swasta yang berani menkritis setiap kebijakan Presiden Soeharto dalam membangun Indonesia.

Petisi 50 merupakan sebuah dokumen yang isinya mengritik penggunaan filsafat negara, Pancasila oleh Presiden Soeharto terhadap lawan-lawan politiknya. Petisi diterbitkan pada 5 Mei 1980 di Jakarta. Petisi muncul sebagai ungkapan rasa khawatir dan keprihatinan oleh 50 tokoh militer dan swasta yang berpengaruh di Indonesia. Mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution, mantan Kapolri Hoegeng Imam Santoso, dan mantan Perdana Menteri Burhanuddin Harahap dan Mohammad Nasir pun ikut serta di dalam Petisi 50 itu.

Isi Petisi 50 itu diantaranya bahwa Presiden telah menganggap dirinya sebagai pengejawantahan Pancasila. Soeharto menganggap setiap kritik terhadap dirinya adalah kritik terhadap ideologi negara Pancasila. Soeharto menggunkaan Pancasila sebagai alat untuk mengancam musuh-musuhnya, dan lain sebagainya.

Dibentuknya Petisi 50 ini dilatarbelakangi dengan adanya intruksi dari pemerintah orde baru berisi mengharuskan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib di departemen pemerintahan, sekolah, tempat kerja, dan lain-lain. Selain itu, Soeharto mengatakan ABRI harus memilih mitra-mitra politik yang benar yang bersedia mempertahankan Pancasila dan UUD 1945, pidato ini muncul dikarenakan saat itu muncul kekuatan-kekuatan sosial politik yang mulai meragukannya. Pidato ini ia ulang-ulangi terus menerus di pidato-pidato berikutnya setiap peringatan hari jadi Kopassus. Kejerian sikap Presiden Soeharto inilah yang menyebabkan 50 tokoh militer dan swasta mengundang tanggapan keras.

Bang Ali menyusul istri pertamanya, Nani Sadikin, yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya pada Selasa, 20 Mei 2008.

Tokoh Lainnya

Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar