Menuju konten utama
 Abdoel Raoef Soehoed

Abdoel Raoef Soehoed

Menteri Perindustrian (1978 - 1983)

Tempat & Tanggal Lahir

Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia, 2 Maret 1920

Karir

  • Menteri Perindustrian (1978 - 1983)

Pendidikan

  • SD, Madiun (1933)
  • SMP, Bandung (1936)
  • SMA, Jakarta (1939)
  • Technische Hooge School, Bandung (1939 - 1942)
  • Sekolah Teknik Tinggi, Yogyakarta (1947 - 1948)
  • Technische Hooge School, Bandung (1949 - 1951)
  • Sekolah Perwira Staf dan Sekolah Komando AURI (1951 - 1952)
  • Top Management Course (1965)

Detail Tokoh

Abdoel Raoef Soehoed merupakan salah seorang tokoh yang ikut berperan membangun Indonesia di awal-awal kemerdekaan. Ia adalah salah satu insinyur yang merintis bengkel pesawat terbang Indonesia. Pada era Soeharto, ditunjuk sebagai Menteri Perindustrian pada Kabinet Pembangunan III periode tahun 1978-1983.

Sohoed berperan dalam banyak hal di pembangunan Indonesia, mulai dari pernah menjadi Penasehat Menteri Utama Industri/Pembangunan, menjadi Wakil Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, menjadi Ketua Otorita Asahan, menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung, menjadi komisaris dan direktur berbagai perusahaan, sampai pernah menjadi ketua umum Persatuan Judo Seluruh Indonesia A.R.Soehoed.

Sohoed memperoleh gelar insinyur sipil dari ITB pada tahun 1951. Pendidikan di ITB membuatnya menjadi seorang ahli teknik. Ia memiliki beberapa karya fenomenal berkat keahliannya itu, salah satunya ialah berhasil merancang dan membangun Mesjid Al Fatah di Ambon.

Sewaktu peristiwa Bandung Lautan Api terjadi, Sohoed dan teman-temannya memutuskan pindah ke Yogyakarta dan bergabung dengan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Sohoed resmi diterima menjadi anggota AURI mulai dari tanggal 6 Januari 1946.

Sohoed menerima tugas pertama di Pangkalan Udara Maospati, Madiun. Di sana, ia membangun dan menjalankan operasional bengkel perawatan dan perbaikan pesawat terbang. Selama bekerja di bagian itulah, Sohoed menjadi akrab dengan Wiweko Supomo, kepala bagian riset pesawat dan wakilnya, Nurtanio Pringgoadisuryo. Duo ini bekerjasama dengan Sohoed untuk mengambil alih Pangkalan Udara Andir dari tangan Belanda, paska pengakuan kedaulatan dari Belanda.

Sohoed bertindak sebagai pemimpin Jawatan Teknik Umum yang bertanggung jawab terhadap semua pangkalan udara militer Indonesia. Sohoed juga memperoleh tugas untuk memperluas Pangkalan Udara Andir dan melakukan pembangunan pangkalan udara di Margahayu dan di Cililitan.

Setelah berhasil menyelesaikan tugas-tugas tersebut, Sohoed lalu diangkat menjadi Komandan Komando Teknik. Akan tetapi, tak lama kemudian, Sohoed mengundurkan diri dari Angkatan Udara Republik Indonesia atas kemauannya sendiri pada tahun 1956. Pangkat terakhir yang disandang oleh Sohoed adalah sebagai Mayor Udara.

Setelah surat pengunduran dirinya disepakati, Sohoed menjadi jauh lebih banyak berfokus pada bidang teknik sesuai dengan keahlian yang diperolehnya dari ITB. Sohoed ikut serta dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Kalimantan dan Lampung dan sempat juga bekerja di Italia.

Di Italia, ia memperoleh banyak pengalaman bidang pembangunan infrastruktur dan mulailah ia membangun biro proyek tak lama setelah pulang dari Italia.

Ia berhasil merintis dan merelisasikan proyek pembangkit listrik pembangkit listrik dan peleburan alumunium hingga terwujudnya PT Indonesia Asahan Alumunium (PT Inalum) merupakan jasa besar untuk negara, apalagi semua saham milik Sohoed kini telah diserahkan kepada negara.

Karena perannya ini Sohoed memperoleh penghargaan berupa Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya pada tahun 1982. Presiden Soeharto sendirilah yang menyampaikan penghargaan tersebut.

Semasa hidup, ia tidak hanya memperoleh penghargaan berupa Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya dari Presiden Soeharto, namun juga memperoleh penghargaan berupa Ganesa Prajamanggala Bakti Adiutama dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 2012.

Soehoed mengabdikan diri pada tanah Minangkabau setelah ia pensiun dari pekerjaannya, ia banyak mengembangkan diri dalam agama dan pengembangan budaya. Seperti diketahui Sohoed memiliki garis keturunan dari Minangkabau. Kedua orang tuanya merupakan asli dari Minang yang merantau ke Jakarta, waktu itu masih Batavia dan Sohoed dilahirkan di Jakarta.

Sosok pembangun bangsa ini telah meninggal dunia pada tanggal 7 juni 2014. Ia meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. Jenazah Sohoed dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan.

Pemakaman Sohoed dilakukan dengan upacara penghormatan terlebih dahulu. Saat itu, Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian, Imam Haryono mewakili Menteri Perindustrian, Mohammad S Hidayat bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman.

Soehoed mewariskan pengetahuan, ia telah menulis empat buku berjudul Menyertai Setengah Abad Perjalanan Republik di tahun 2001. Buku biografi tersebut ditulis oleh Ariestides Katopo, disusul kemudian tahun 2002, buku berjudul Bunga Rampai Pembangunan: Antara Harapan dan Ancaman Masa Depan, berisikan peran-peran Sohoed dalam pembangunan menyusul buku pertamanya di tengah-tengah masyarakat.

Tokoh Lainnya

Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN