tirto.id - Pertumbuhan ekonomi pada 2019 diproyeksikan 5,3 persen. Hal itu diyakini tercapai dengan peran aktif industri jasa keuangan.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, tekanan terhadap perekonomian Indonesia pada 2019 diprediksi lebih ringan dari 2018.
“Untuk mencapai target itu, akan didorong berbagai kebijakan yang sudah ada dan tekanan volatilitas akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu," ujarnya dalam sambutan di acara pertemuan tahunan Industri Keuangan OJK di di Ritz Carlton Pasific Place, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Tekanan eksternal yang disebabkan oleh perang dagang Amerika dan China, kata Wimboh, juga akan mereda seiring berjalannya rencana damai kedua negara.
Di samping itu, proyeksi kenaikan bunga Bank Sentral Amerika Serikat, juga lebih rendah dibandingkan 2018.
"Ini positif bagi kita semua, sehingga tren perbaikan ekonomi negara berkembang termasuk Indonesia bisa diteruskan tahun ini," tuturnya.
Dia menambahkan, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi diperlihatkan oleh pelaku perbankan yang tercermin dalam Rencana Bisnis Bank 2019 dengan menargetkan ekspansi kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) masing-masing sebesar 12,06 persen dan 11,49 persen.
Target kredit perbankan sendiri, ujar Wimboh, tahun ini diperkirakan tumbuh sekitar 13 plus minus 1 persen dengan Rasio NPL diproyeksikan turun di akhir tahun 2019. Sementara pertumbuhan DPK diperkirakan meningkat jadi 8-10 persen.
Sementara di pasar modal, OJK memproyeksikan tambahan 75–100 emiten baru di tahun 2019, yang akan didominasi oleh emisi obligasi atau sukuk korporasi. Dari emiten baru, menurut Wimboh, ditargetkan terhimpun dana Rp 200 triliun–Rp 250 triliun.
Di Industri Keuangan Nonbank, menurut data OJK, berupa pertumbuhan aset asuransi jiwa sebesar 10-13 persen dan asuransi umum 14-17 persen.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali
