tirto.id - Cina mampu mencatat pertumbuhan ekonomi 3,2% pada kuartal II-2020, seiring mulai dibukanya lagi perekonomian setelah lockdown akibat pandemi COVID-19.
Dengan catatan ini, maka Cina secara teknikal terhindar dari resesi. Demikian data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Cina, seperti dilansir dari Straits Times, Kamis (16/7/2020).
Polling Reuters terhadap para ekonom menghasilkan konsensus pertumbuhan ekonomi 2,5% pada kuartal II.
Pada kuartal I, Cina mencatat ekonominya mengalami kontraksi hingga 6,8% persen, menyusul lockdown yang menyebabkan aktivitas ekonominya terhenti. Itulah untuk pertama kalinya sejak tahun 1992 ekonomi Cina mengalami kontraksi.
Memasuki kuartal II, Cina secara perlahan membuka kembali perekonomiannya setelah ditutup akibat pandemi COVID-19. Cina juga menggelontorkan stimulus besar-besaran untuk melawan pelemahan ekonomi akibat pandemi. Belanja fiskal ditingkatkan, suku bunga dipangkas agar ekonomi bergerak lebih cepat.
Data-data terakhir mengkonfirmasi proses pemulihan ekonomi Cina. Pada Juni, ekspor dan impor sudah mengalami kenaikan. Demikian pula aktivitas manufaktur yang sudah kembali mengalami ekspansi jika dibandingkan Mei.
Secara akumulasi, pada semester I-2020, ekonomi Cina mengalami kontraksi 1,6% (year on year). Ekonomi Cina dalam dua bulan terakhir memang mulai menunjukkan pemulihan secara perlahan. Meski permintaan domestik mulai membaik, akan tetapi pertumbuhan ekonomi Cina masih teradang oleh belum pulihnya ekonomi global.
Negara-negara mitra dagang utama Cina kini masih bertarung melawan pandemi. Salah satunya Amerika Serikat. Hal itu menyebabkan permintaan untuk ekspor Cina masih melemah.
Editor: Abdul Aziz
