tirto.id - Setelah 12 tahun merencanakan merambah pasar India, akhirnya IKEA membuka toko pertamanya di Hyderabad, India, Kamis (9/8/2018) lalu.
Uniknya, IKEA menggunakan bajaj bertenaga surya sekitar 20 persen sebagai armada pengiriman toko barunya ini. Alasannya bajaj lebih fleksibel di tengah problem lalu lintas yang padat di negara itu, dikutip dari designboom.com.
Bajaj ini didesain penuh warna cerah dan dapat diisi ulang dengan 4.000 panel surya yang dipasang di rooftop bangunan. Kelebihan lain penggunaan tenaga surya ini dapat memasok kebutuhan listrik untuk gerai tersebut dan penerangan di kawasan gerai tersebut.
Gerai IKEA di selatan Hyderabad ini menjadi gerai pertama dari 25 gerai pada 2025 yang akan dibuka perusahaan milik Ingvar Kamprad ini.
Saat ini, 90 persen dari semua toko IKEA di seluruh dunia menggunakan tenaga yang dihasilkan dari energi matahari. Perusahaan ini dikenal dengan praktik bisnis berkelanjutan dan green energy.
Dilansir dari livemint.com, sebelumnya IKEA telah merencanakan akan membuka gerai baru sejak 2006. Namun beberapa kali terkendala mengenai tempat dan sejumlah alasan lain. Pada 6 Desember 2017, IKEA sempat mengumumkan rencana untuk mempekerjakan lebih dari 14.600 orang di India pada 2025 dan mayoritas pekerjanya harus perempuan.
Perusahaan asal Swedia ini akan menerima 500-700 staf di kota Hyderabad, Mumbai, Bengaluru dan Delhi. Selain itu, 171 karyawan akan menerima tambahan 150.120 rupee (setara $ 2.185) kontribusi untuk dana pensiun mereka.
Namun, pada 13 Juli 2018, IKEA menunda rencana pembukaan gerai Hyderabad hingga 9 Agustus. Alasan penundaan ini karena keterbatasan ruang dan biaya properti yang tinggi di India.
Merujuk laporan Forbes, pada 1953, pendiri IKEA, Ingvar Kamprad membuka showroom di Almhult; pada 1958, showroom ini menjadi toko IKEA pertama. Pada 1963, Kamprad membuka toko IKEA di Norwegia; pada 1969, Denmark. Swiss dan Jerman menyusul pada 1973 dan 1974. Amerika Utara tak ketinggalan – pada 1976, toko IKEA dibuka di Kanada. Baru pada 1985 toko IKEA dibuka di Amerika Serikat.
Editor: Maya Saputri
