arga Tiongkok sempat gempar lantaran melihat presiden Xi Jinping melakukan wefie bersama Fadli Zon. Mereka terkejut karena selama ini tak pernah melihat foto selfie Xi di media sosial.
Wefie yang dijepret Fadli Zon membuat Xi dinobatkan sebagai presiden pertama yang akrab dengan media sosial. Mereka "merayakannya" dengan menyebarluaskan foto Xi lewat platform media sosial lokal Tiongkok, Weibo. Foto itu tersebar 30.000 kali.
Bila di kalangan khalayak selfie lebih sering terkait eksistensi, di kalangan kepala negara selfie menampakkan pelbagai hal yang tak bisa dijelaskan di media-media formal.
Hal ini dilakukan Cristopher Go, asisten pribadi Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Di momen pertemuan APEC, Go memanfaatkan kesempatan selfie di depan sejumlah kepala negara ternama yang ia temui. Ia melakukan selfie dengan latar belakang Donald Trump dan bosnya, berfoto dengan Vladimir Putin dan Justin Trudeau, berfoto di depan Jokowi yang tengah berbincang dengan sejumlah kepala negara.
Kesan lain muncul ketika sejumlah media massa menyebarkan foto Barack Obama, David Cameron, dan Helle Thorning-Schmidt yang tengah berfoto bersama dengan ekspresi penuh tawa. Di foto yang tersebar tampak jelas raut wajah Michelle Obama yang tetap duduk tegak, melihat panggung acara seremoni meninggalnya Nelson Mandela dengan tatapan dingin.
Salah satu yang terbaru ialah raut wajah ceria Theresa May dan Emmanuel Macron. Foto ini merayakan kesepakatan dan harapan baru atas kerjasama yang hendak dilakukan kedua negara usai keluar dari Uni Eropa. Keterangan foto yang tercantum di akun media sosial May menyiratkan rasa bangganya bisa bekerjasama dengan Macron.
Film kartun terkenal Anastasia luput mengisahkan satu hal: putri Raja Rusia itulah perempuan pertama yang melakukan selfie. Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada 1913 dengan menggunakan kamera Kodak. Melalui sepucuk surat, Anastasia menulis kesan tentang betapa sulitnya mengambil swafoto. "Tangan saya sampai gemetar," katanya.
Sementara menurut Time, ada sebuah selfie yang berusia lebih tua, yakni dari tahun 1839. Swafoto tersebut diambil oleh Robert Cornelius, fotografer asal Philadelphia, di halaman belakang toko milik keluarganya. Library of Congress Amerika Serikat mengakui bahwa karya Cornelius adalah swafoto pertama.
Sementara wefie pertama dilakukan Joseph Byron, fotografer asal New York. Wefie itu dilakukan di atap sebuah studio di Fifth Avenue New York, tepat di seberang St. Patrick Cathedral. Ia berfoto bersama empat orang koleganya yang sama-sama berprofesi fotografer. Saat itu kamera dipegang dua orang karena bobotnya masih terlalu berat dipegang seorang diri, terlebih untuk selfie. The New York Times pernah menyebut foto ini sebagai salah satu iklan foto studio di New York. Kini foto tersebut telah didigitalisasi dan menjadi koleksi Museum of The New York City.
Tiga foto tersebut mematahkan klaim Paris Hilton bahwa dirinyalah yang pertama kali melakukan selfie saat berpose bersama Britney Spears 11 tahun silam. Paris Hilton menyatakan klaim itu melalui akun Twitternya pada November 2017 lalu.
Teknologi digital membuat selfie semakin mudah dilakukan -- tak sesulit yang dialami Anastasia dan Joseph Byron -- sehingga menjadi masif. Pada 2004, muncul tagar #selfie pertama di Flickr. Pada 2012, majalah Time mengkategorikan selfie sebagai salah satu kata paling populer. Setahun setelahnya, Oxford English Dictionary menetapkan selfie sebagai "Word of The Year".
Selfie pun kian populer. Hal tersebut membuat penyiar Fishbowl Radio DJ Rick McNeely mengadakan National Selfie Day pada 21 Juni 2014. Ide Rick ini tak hanya disambut khalayak tetapi juga oleh sejumlah media seperti Time, Motto, BBC, Bustle, dan USA Today. Tulisan seputar tips selfie serta foto selfie dari para selebritas menarik perhatian media-media.
Momen National Selfie Day digunakan untuk menyampaikan pesan yang beragam mulai dari kampanye anti rasisme dan kekerasan sampai kampanye sebuah klinik estetika gigi yang dilakukan dengan memotret diri sendiri.
Artikel "The Selfie Paradox: Nobody Seems to Like Them Yet Everyone Has Reasons to Take Them" menyebut pada 2014 terdapat 93 miliar foto selfie per hari yang diambil dari ponsel Android. Penggunaan kata selfie meningkat sebanyak 17 ribu persen sejak 2012 sampai 2014. Studi ini turut menjelaskan kegiatan selfie dilakukan karena seseorang ingin memperlihatkan keahliannya agar dianggap sebagai pribadi bertalenta, pandai, dan bertanggung jawab.
Selfie adalah ajang promosi diri terlebih saat seseorang berupaya membangun citra disukai orang lain. Di sisi lain, selfie menjadi salah satu cara menampakkan emosi yang tengah dirasakan. Tujuan dari aktivitas tersebut ialah membentuk citra agar disukai dan menarik simpati, rasa percaya, dan mendatangkan apresiasi dari orang yang melihat.
Kesempatan luas untuk mengontrol sepenuhnya penampilan diri memicu orang-orang narsis melakukan selfie. Artikel "Exploring Personal Characteristics Associated with Selfie Liking" menyebutkan selfie memang memberi peluang bagi seseorang untuk mengagumi diri sendiri melalui cara-cara yang provokatif -- jika perlu dengan cara yang ekstrem.
Inilah yang akhirnya memicu kecelakaan. Selama 2014-2016, 75 orang tewas saat melakukan selfie. Artikel "A Comprehensive Study of Worldwide Selfie-Related Accidental Mortality: A Growing Problem of the Modern Society" menyebut kematian saat melakukan selfie paling banyak terjadi di India. Negara berikutnya ialah Rusia dan Amerika Serikat.
Selain berpotensi menyebabkan kecelakaan jika dilakukan secara ekstrem, sejumlah kasus menunjukkan selfie juga terkait gangguan jiwa. Kisah ini terjadi pada seorang remaja di London. Setiap hari ia mengambil 200 foto selfie, tidak keluar rumah selama enam bulan, dan kehilangan berat badan. Ia pernah mencoba bunuh diri karena merasa tidak mampu menghasilkan foto selfie yang bagus.
Kisah-kisah mengerikan tentang selfie ini muncul berbarengan dengan narasi-narasi positif tentang selfie: mampu menambah rasa percaya diri, meningkatkan sosialisasi, dll.
Max Factor dan Ketchum melakukan survei daring kepada 5.556 wanita berusia 18-50 tahun pada 2016.
Survei menemukan 30 persen responden tidak pernah selfie dengan muka tanpa make up. Sementara, 46 persen responden mengakui unggahan selfie seseorang di Instagram memengaruhi cara mereka menggunakan make up.
Penjualan suatu produk kosmetik amat ditentukan hasil akhir produk tersebut di depan kamera. Produk kosmetik dengan efek high definition bermunculan, terutama pilihan warna yang makin beragam, mulai dari foundation hingga lipstik.
Tren selfie juga sudah memasuki dunia olahraga. Brand kosmetik memanfaatkan kesempatan ini dengan mengeluarkan produk waterproof: Tarte mengeluarkan Tarte's Athleisure Line, Eyeko dengan Maskara Sport Waterproof hingga Katherine Cosmetics menawarkan koleksi K-Sport Beauty.
Max Factor dan Ketchum melakukan survei daring kepada 5.556 wanita berusia 18-50 tahun pada 2016.
Survei menemukan 30 persen responden tidak pernah selfie dengan muka tanpa make up. Sementara, 46 persen responden mengakui unggahan selfie seseorang di Instagram memengaruhi cara mereka menggunakan make up.
Penjualan suatu produk kosmetik amat ditentukan hasil akhir produk tersebut di depan kamera. Produk kosmetik dengan efek high definition bermunculan, terutama pilihan warna yang makin beragam, mulai dari foundation hingga lipstik.
Tren selfie juga sudah memasuki dunia olahraga. Brand kosmetik memanfaatkan kesempatan ini dengan mengeluarkan produk waterproof: Tarte mengeluarkan Tarte's Athleisure Line, Eyeko dengan Maskara Sport Waterproof hingga Katherine Cosmetics menawarkan koleksi K-Sport Beauty.