tirto.id - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin berharap debat kandidat pemilu presiden 2019 bisa dilaksanakan di lingkungan kampus. Menurut Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding, kampus tak boleh dibuat menjauh dengan politik terutama saat pemilu berlangsung.
"Mahasiswa, kampus tidak boleh dibuat alergi sama politik. Mereka harus mendapatkan pendidikan politik. Asal [para kandidat] tidak masang atribut kampanye di kampus," kata Karding kepada wartawan melalui pesan tertulis, Selasa (23/10/2018).
Perdebatan soal boleh tidaknya debat kandidat pilpres digelar di kampus mencuat beberapa hari terakhir. Awalnya, usul itu dikemukakan Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sudah buka suara menanggapi wacana itu. Menurut KPU RI, hingga kini belum ada pembahasan resmi soal kemungkinan debat kandidat digelar di kampus.
Bawaslu RI memandang debat kandidat Pilpres 2019 tak bisa dilakukan di lingkungan kampus. Anggota Bawaslu RI Ratna Dewi Pettalolo mengatakan, kampus tak bisa menjadi lokasi penyelenggaraan debat kandidat karena Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu melarang itu. Debat kandidat, ujar Ratna, masuk kategori kegiatan kampanye.
"Prinsip saya, sebagai yang termasuk mengusulkan agar [debat kandidat] di kampus. Agar kampus menjadi tempat berdialog, berdebat, membedah visi, misi, program para paslon. Ini penting sebagai bagian memperkuat, dan memperdalam dan memperkaya gagasan-gagasan dan ide tersebut," kata Karding.
Komisioner KPU RI Ilham Saputra sempat berkata, lembaganya masih menggodok sejumlah hal untuk menentukan format debat kandidat Pilpres 2019. KPU RI belum menentukan lokasi dan waktu penyelenggaraan debat kandidat hingga kini.
"Sampai saat ini belum ada wacana [debat kandidat] di kampus. Belum kami bahas apakah kemudian formatnya sama dengan kemarin atau nanti akan ada perubahan," kata Ilham di kantornya, Senin (22/10/2018)
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Yulaika Ramadhani
