tirto.id - Sinetron asal India, Yeh Teri Galiyan tayang di stasiun televisi ANTV pada Jumat (24/4/2020) pukul 14.30 WIB. Sinetron ini mengisahkan tentang persahabatan Shantanu dan Puchki.
Mereka telah bersahabat sejak kecil. Shantanu dan Puchki saling menghabiskan waktu bersama. Mereka sahabat yang sangat akrab dan tidak terpisahkan. Kala itu, hidup serasa indah sekali.
Namun karena sebuah kesalahpahaman, mereka terpisah. Barulah dua puluh tahun kemudian, mereka bertemu lagi. Kini Shantanu dan Puchki tidak lagi saling mengenal. Apalagi Puchki saat ini menggunakan nama Asmita.
Pada episode kali ini, Ridoy mabuk-mabukan di sebuah tempat hiburan malam. Ternyata hal itu terlihat oleh media yang kemudian memberitakannya di halaman utama. Setelah pemberitaan di koran terbit, kakek Ridoy marah besar.
Dia beranggapan bahwa kelakuan tersebut mencoreng nama baik keluarga Mazumdar. Keluarga Mazumdar merupakan keluarga kaya. Hal yang lebih membuat marah adalah tidak ada anggota keluarga yang tahu kelakuan Ridoy tersebut.
Melihat kemarahan ayahnya, ibu Ridoy berusaha membela anaknya. Dia mengatakan bahwa kelakuan Ridoy juga disebabkan oleh perilaku Shantanu. Ridoy dan Shantanu seringkali terlibat pertengkara.
Shantanu merupakan putra pewaris bisnis keluarga Mazumdar. Tidak hanya membela, ibu Rridoy juga mengatakan bahwa Asmita merupakan teman masa kecil Shantanu. Hal itu cukup mengagetkan kakek Ridoy. Selama ini, rahasia itu belum terungkap.
Bukannya merasa bersalah, Ridoy justru pulang dalam kondisi mabuk. Dia berbicara seenaknya kepada ibunya, bibinya, serta kakeknya. Keadaan semakin buruk saat Ridoy membawa perempuan. Perkataan dan kelakuan Ridoy membuat marah ibunya. Hal itu bisa mengacaukan rencana yang telah mereka susun.
Sementara itu, Asmita juga bertekad untuk mencari tahu suatu kebenaran yang selama ini belum terungkap. Belum selesai masalah-masalah tersebut, kondisi lebih rumit terjadi saat Paro mengatakan bahwa dia sedang mengandung. Paro mengatakan bahwa ayah dari bayi dalam kandungan tersebut adalah Shantanu.
Penulis: Sirojul Khafid
Editor: Yantina Debora
