tirto.id -
Ketatnya persaingan di sektor bisnis transportasi, terutama dengan kemunculan perusahaan-perusahaan berbasis aplikasi mobile seperti Uber dan GrabCar, membuat PT Blue Bird Tbk bertekad untuk memperbaiki aplikasi mobile-nya, tidak hanya dari segi layanan namun juga infrastrukturnya.
"Kami akan melakukan beberapa promosi. Kami juga perlu memperbaiki akses, ketersediaan, penampilan dan semua yang diperlukan serta layanan-layanannya," kata CEO Blue Bird Group, Sigit Priawan Djokosoentono, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, salah satu layanan yang akan ditingkatkan untuk aplikasi tersebut adalah kemudahan pembayaran non-tunai serta pemesanan. "Misalnya cashless payment, serta kemudahan pelanggan untuk memesan dari jauh hari. Hal-hal seperti itu kami lakukan untuk perbaikan," kata dia.
Dalam pengembangan aplikasi, Sigit mengatakan bahwa perbaikan infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki oleh perusahaan akan menjadi hal yang sangat diperhatikan ke depan. "Untuk mengembangkan aplikasi tidak mahal, tapi mempersiapkan dan memastikannya itu yang paling penting," katanya.
Blue Bird sebenarnya telah memiliki aplikasi mobile sejak 2011 pada sistem operasi BlackBerry yang kemudian juga tersedia di Android dan iOS, namun banyak kalangan yang menilai aplikasi tersebut kurang populer.
Untuk diketahui, saham Blue Bird Grup atau PT Blue Bird Tbk (BIRD) terus terpuruk dan diprediksi akan menghadapi ancaman kebangkrutan jika tidak melakukan terobosan sejak munculnya perusahaan transportasi berbasis aplikasi mobile, seperti GrabCar dan Uber, di Indonesia.
Blue Bird Grup yang sahamnya berkode BIRD, pada saat Initial Public Offering (IPO) ditawarkan pada harga Rp 6.500. Harga sempat mencapai titik tertinggi Rp 12.100 pada 16 Januari 2015. Namun setelah itu, terus cenderung turun hingga menjadi hanya Rp 6.125 pada 10 Maret 2016.
