tirto.id - Gempa bumi berkekuatan magnitude 6,1 mengguncang Osaka, Jepang pada Senin (18/6/2018). Kejadian ini menyebabkan setidaknya tiga orang meninggal dan puluhan terluka.
ABC News menulis, salah satu korban meninggal adalah seorang gadis berusia 9 tahun yang tertimpa dinding beton sekolah dasarnya saat ia sedang melintas.
Korban lain adalah seorang pria berusia 80 tahun yang tertimpa tembok di kota Osaka dan seorang pria 84 tahun yang tertimpa rak buku di dalam rumahnya.
Badan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Osaka melaporkan, lebih dari 40 orang terluka di Osaka terluka dalam peristiwa ini.
Seperti dilaporkan Japan Times, gempa bumi paling kuat dalam dekade ini terjadi pada pukul 07.58 waktu Jepang. Badan Metorologi Osaka mengatakan, gempa besar ini tidak berpotensi tsunami.
Berdasarkan laporan sementara, gempa menyebabkan sejumlah bangunan rusak, jendela-jendela pecah, dan kebakaran di beberapa gedung. Kemacetan juga terjadi di beberapa tempat karena orang-orang yang panik dan berlarian ke jalan.
Gempa juga berdampak pada transportasi domestik di Osaka. Beberapa penerbangan ditunda, termasuk juga kereta bawah tanah yang berhenti beroperasi untuk cek kerusakan.
Laporan cuaca menunjukkan peringatan terhadap bahaya tanah longsor dan gempa susulan selama beberapa hari ke depan. Meski begitu, Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga mengatakan, hingga saat ini, belum ada laporan soal kerusakan berat.
Osaka Gas menghentikan pasokan gas ke 108.000 rumah tangga. Sementara pembangkit listrik tenaga nuklir, Kansai Electric Power Co melaporkan perusahaannya berjalan normal setelah gempa.
Namun, sejumlah perusahaan seperti Mitsubishi Motors dan Daihatsu Motors di Osaka menghentikan sementara kegiatan produksi.
Gempa ini menyusul terjadinya serangkaian gempa selama beberapa hari terakhir. Pada Minggu, gempa berkekuatan M 4,6 melanda Gunma selatan, utara Tokyo dan pada Sabtu, gempa berkekuatan 4,5 melanda Chiba, dekat Tokyo.
Jepang pernah dilanda gempa besar berkekuatan M 7,3 pada 1995 di Hanshin yang menyebabkan 6.434 orang meninggal dunia.
Editor: Dipna Videlia Putsanra
