Menuju konten utama

YLKI Sebut Harga Makanan Minuman di Rest Area Trans Jawa Kemahalan

YLKI menyebutkan, harga makanan dan diminum yang dijual sepanjang rest area Tol trans Jawa terlalu mahal dibanding harga pada umumnya.

YLKI Sebut Harga Makanan Minuman di Rest Area Trans Jawa Kemahalan
Pedagang menyiapkan dagangan di "rest area" jalur Tol Trans Jawa fungsional di kawasan Pemalang-Batang, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, harga makanan-minuman (mamin) yang dijual tenant sepanjang tol Trans Jawa masuk kategori mahal.

Pasalnya hal itu dapat memengaruhi pengemudi untuk melalui Tol Trans Jawa mengingat harga yang ditawarkan di rest area tak cukup terjangkau.

Hal itu ia ketahui dari hasil kegiatan “Susur Tol Trans Jawa” dari Jakarta ke Surabaya bersama dengan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), akademisi, Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT), hingga Kemenhub.

“Harga makanan minuman di rest area masih mahal,” ucap Tulus ketika dihubungi reporter Tirto pada Jumat (8/2/2019).

Pernyataan Tulus ini sejalan dengan analisa Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Rusli Abdullah. Ia mengatakan, mahalnya harga mamin di rest area Trans Jawa saat ini dapat memberatkan pengemudi truk.

Sepengetahuan Rusli, para pengemudi truk umumnya hanya diberikan uang untuk membiayai perjalanan di tol saja. Namun, pengemudi belum tentu mendapatkan uang saku. Sehingga untuk biaya makan-minum, mereka harus dapat mengatur sendiri pengeluarannya.

Karena itu, Rusli tidak heran bila banyak pengemudi truk lebih memilih melewati jalur biasa seperti Pantura lantaran harga mamin yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding rest area.

“Supir-supir truk itu gak bisa lewat jalan tol lama-lama. (Harga mamin di) rest area lebih mahal ketimbang warung di pinggir jalan,” ucap Rusli ketika dihubungi reporter Tirto, Jumat (7/2/2019).

Biaya Sewa Tenant Mahal

Tulus menuturkan, saat ini ia menduga mahalnya harga mamin itu disebabkan oleh harga sewa lahan yang relatif terlalu mahal. Menurutnya, pengelola tol perlu menurunkan biaya sewa lahan itu.

Di saat yang sama, para pedagang juga sebaiknya mencantumkan harga mamin yang dijualnya. Hal ini dianggap perlu dilakukan agar konsumen dapat mengetahui besaran harga yang akan dihadapi ketika menepi di rest area.

“Patut diduga mahalnya mamin karena sewa lahan tenant itu mahal juga,” ucap Tulus.

Sebelumnya, Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno juga sempat mengkritik produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal yang dijual di rest area Trans Jawa bisa jadi belum tentu laku. Penyebabnya tidak lain disebabkan karena harga sewa yang mahal.

Dengan demikian, ia tidak heran bila para pedagang mau tidak mau juga harus membandrol barang dagangannya mengikuti tarif sewa.

Karena itu, ia mendorong agar rest area tidak hanya bergantung pada tanah-tanah yang berada di tepi jalan tol. Namun, juga tanah yang berada di dekat pintul tol karena harga sewanya lebih murah.

"Kalau UMKM yang jualan di tol, saya liat enggak ada yang laris. Saya yakin itu enggak ada yang mau beli karena sewanya mahal," ucap Djoko pada Kamis (20/12/2018) lalu.

Baca juga artikel terkait TOL TRANS JAWA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno