Menuju konten utama

Yaqut Sebut Kemenag Hadiah untuk NU, Sekjen PBNU: Kurang Bijaksana

Sekjen PBNU merespons ucapan Menag Yaqut Cholil Quomas yang mengatakan Kemenag merupakan hadiah dari negara untuk NU.

Yaqut Sebut Kemenag Hadiah untuk NU, Sekjen PBNU: Kurang Bijaksana
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (2/9/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.

tirto.id - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal Zaini menilai pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Quomas yang mengatakan Kemenag merupakan hadiah dari negara untuk NU kurang bijaksana.

"Saya pribadi dapat menyatakan bahwa komentar tersebut tidak pas dan kurang bijaksana dalam perspektif membangun spirit kenegarawanan," kata Helmy melalui akun Instagram-nya yang telah dikonfirmasi, Senin (25/10/2021).

Menag Yaqut sendiri diketahui merupakan anggota Nahdlatul Ulama dan Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor yang merupakan organisasi sayap NU.

Helmy menyatakan bahwa Kemenag merupakan hadiah negara untuk semua agama. "Bukan hanya untuk NU atau hanya umat Islam," tegas dia.

Kendati NU punya peran besar dalam menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta, kata Helmy, namun tidak berarti NU boleh semena-mena berkuasa atas Kementerian Agama ataupun merasa ada hak khusus.

Bahkan, peran NU jauh sebelum kemerdekaan telah meletakkan pesantren sebagai pilar pembentuk karakter mental bangsa yang bertumpu kepada akhlaqul karimah.

"Bahwa NU adalah stakeholder terbesar dari Kemenag tentu dapat dilihat karena Kemenag lah organ dari pemerintahan ini yang mengatur tentang zakat, haji, madrasah, pesantren & pendidikan keagamaan," jelasnya.

Meski demikian, NU tidak memiliki motivasi untuk menguasai ataupun memiliki semacam privilese dalam pengelolaan kekuasaan dan pemerintahan. Karena NU adalah jamiyyah diniyah ijtimaiyyah (organisasi keagamaan dan kemasyarakatan).

"Karena prinsip bagi NU adalah siapa saja boleh memimpin dan berkuasa dengan landasan, tashorroful imam ‘alarroiyyah manutun bil maslahah, kepemimpinan harus melahirkan kesejahteraan, dan kemaslahatan," tuturnya.

Kemudian, lanjut Helmy, pada dasarnya semua elemen sejarah bangsa mempunyai peran strategis dalam pendirian NKRI, melahirkan Pancasila, UUD 1945 dalam keanekaragaman suku, ras, agama & golongan.

Baca juga artikel terkait YAQUT CHOLIL QOUMAS atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Maya Saputri