Menuju konten utama

Yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat dan Ganasnya Hutan Amazon

Kisah tragis tentang pesawat yang tersambar petir dan jatuh di hutan hujan Peru.

Yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat dan Ganasnya Hutan Amazon
Header Mozaik Juliane Koepcke. tirto.id/Tino

tirto.id - Pesawat milik maskapai Líneas Aéreas Nacionales S.A. (LANSA) dengan nomor penerbangan 508 disambar petir dan terjatuh pada 24 Desember 1971.

Dari 92 penumpang dan kru, Juliane Koepcke--remaja berdarah Jerman kelahiran Peru berusia 17 tahun--menjadi satu-satunya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dengan luka-luka yang cukup parah ia terseok-seok berusaha bertahan hidup di hutan Amazon.

Alkisah, Maria--ibu Juliane--mengatur perjalanan mereka menuju Panguana pada tanggal 19 atau 20 Desember. Mereka hendak mengunjungi ayah Juliane yang bekerja di bidang zoologi. Kedua orang tua Juliane adalah peneliti di Museum of Natural History di kota Lima.

Saat itu, Juliane yang baru lulus dari Sekolah Menengah Atas ingin menghadiri acara perayaan kelulusan yang digelar pada 23 Desember. Untuk itu, mereka sepakat menunda rencana penerbangan.

Hans-Wilhelm, ayah Juliane, sempat memperingatkan mereka akan reputasi buruk LANSA. Secara statistik, dalam lima tahun terdapat dua kecelakaan besar yang menimpa maskapai penerbangan tersebut yang merenggut 135 nyawa penumpang.

Bahkan enam belas bulan sebelumnya, sebuah pesawat LANSA baru mengalami kecelakaan. Namun, karena jadwal padat malam Natal dan beberapa jadwal dibatalkan dalam beberapa hari sebelumnya, mereka tak punya pilihan lain.

Tak seperti Juliane yang menyenangi perjalanan udara, sang ibu sebaliknya. Dalam sebuah kesempatan, Juliane sempat mengingat bagaimana ibunya tak pernah nyaman dengan aktivitas penerbangan keluarga mereka yang terbilang cukup sering.

“Ibuku tak suka pesawat. Baginya, sebuah burung yang terbuat dari logam sangatlah tak wajar bisa terbang tinggi di udara. Sebagai ornitolog, ibu memang melihat ini dari sudut pandang berbeda,” kata Juliane dalam When I fell from the Sky: The True Story of One Woman’s Miraculous Survival (2011:13)

Juliane Koepcke

Juliane Koepcke yang berusia 17 tahun, satu-satunya yang selamat dari kecelakaan udara hutan Peru pada Desember 1971, tiba di Bandara Frankfurt, Jerman, 7 April 1972, di mana dia berencana pergi ke sekolah untuk belajar bahasa Jerman. (Foto AP)

Sehari sebelum Natal 1971, pesawat yang mereka tumpangi berangkat. Meski permintaan membeludak, penerbangan 508 tidak menyalahi aturan kapasitas yang bisa ikut dalam penerbangan. Pesawat jenis Lockheed L-188A Electra sudah mengikuti prosedur keamanan standar.

Pesawat berhasil terbang seperti biasa hingga sekitar 30 menit pertama. Kapten Forno Valera mengatur ketinggian pada 21 ribu kaki dan mempertahankan arah ke timur laut. Di tengah perjalanan, mereka harus menerjang cuaca buruk agar bisa tetap terbang dan tiba sesuai jadwal.

Rute terbang mereka diadang oleh massa udara yang sarat uap air. Pilot memutuskan untuk menerjangnya sehingga turbulensi berat tak bisa dihindari. Tak lama kemudian petir menyambar pesawat dan membuat pilot kehilangan kendali.

Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa sayap kanan dan kiri terpisah dari badan pesawat. Sementara struktur badan pesawat berhamburan di udara sebelum benar-benar jatuh terhempas di hutan hujan Peru.

Juliane selamat dengan posisi masih terikat di sabuk pengaman kursi penumpang. Ia menduga, sobekan kursi penumpang dan beberapa jok kursi dari penumpang di sekitarnya membentuk landasan yang cukup untuk menahan tubuhnya saat terhempas ke tanah.

Ia sempat tak sadarkan diri sebelum terbangun dan tak melihat ibunya. Meski regu penyelamat langsung bergerak, Juliane tak mungkin menunggu sampai mereka tiba di lokasi. Ia terimpit di reruntuhan pesawat.

Setelah berhasil keluar, Juliane mulai mencari ibunya. Pengalaman mengunjungi hutan Amazon bersama keluarganya memberinya bekal pengetahuan yang cukup untuk bertahan hidup. Ia juga belajar zoologi di Deutsche Schule Lima Alexander von Humboldt, sekolah menengah internasional Jerman di kota Lima.

Infografik Mozaik Juliane Koepcke

Infografik Mozaik Juliane Koepcke. tirto.id/Tino

Bertahan Hidup di Hutan Amazon

Hingga pukul 9 pagi keesokan harinya, Juliane tak juga berhasil menemukan ibunya. Setengah putus asa, ia memutuskan mencari sungai dan menyusuri hutan sambil melawan serangan berbagai jenis serangga dan lintah.

Pada hari keempat, dengan pengetahuannya tentang ilmu satwa, Juliane berhasil menemukan sejumlah jenazah. Beberapa hari kemudian ia sesekali mendengar pesawat yang kemungkinan regu penyelamat yang melintas di atas hutan namun tak bisa melihatnya.

Ia sempat bersusah payah menarik perhatian mereka, tapi upayanya tak membuahkan hasil. Belakangan ia mengenang hal ini sebagai hari paling putus asa dalam hidupnya.

Beruntung, Juliane berhasil selamat dari ganasnya rimba Amazon setelah bertemu dengan sekelompok nelayan pada hari ke-10 sejak pesawat yang ia tumpangi jatuh. Para nelayan segera mengantarnya untuk mendapatkan perawatan medis.

Setelah lukanya pulih, Juliane ikut membantu regu penyelamat menemukan lokasi jatuhnya pesawat dan mencari jenazah. Pada 12 Januari 1972, jenazah ibunya akhirnya ditemukan.

Juliane Koepcke

Juliane Koepcke, kanan, menulis catatan kepada teman-temannya setelah dia kembali ke Lima, Peru, 19 Maret 1972, (Foto AP)

Setelah tragedi itu, Juliane memutuskan pindah ke Jerman, kampung halaman ayahnya. Ia kuliah di bidang Biologi di Universitas Kiel dan lulus pada 1980.

Meski traumatis, kecelakaan yang ia alami tak menghapus minatnya pada bidang ilmu alam. Juliane melanjutkan studi hingga memperoleh gelar doktor dari Ludwig Maximilian University of Munich dan bahkan kembali ke Peru untuk melakukan penelitian lanjutan.

Tesisnya yang berjudul "Studi Ekologi Koloni Kelelawar di Hutan Hujan Tropis Peru" berhasil dipertahankan pada 1987.

Dua tahun kemudian ia menikah dengan Erich Diller, seorang entomolog--ahli tentang jenis dan kehidupan serangga. Ketika ayahnya meninggal, Juliane mengambil alih posisi direktur di lembaga penelitian Panguana yang didirikan oleh orang tuanya.

Kisah tentang Juliane yang selamat dari kecelakaan pesawat dan bertahan selama sepuluh hari di Hutan Amazon telah banyak diangkat ke dalam buku dan film. Ia sendiri menulis autobiografi dan film dokumenter berjudul Wings of Hope (1998) yang disutradarai oleh Werner Herzog.

Salah satu alasan Herzog menyutradarai film itu adalah hubungan emosional. Ia sebenarnya juga dijadwalkan ikut di penerbangan LANSA 508. Perubahan rencananya di menit-menit terakhir justru menyelamatkannya dari kecelakaan.

Baca juga artikel terkait KECELAKAAN PESAWAT atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Humaniora
Kontributor: Tyson Tirta
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi