Menuju konten utama

Yang Personal Yang Disukai: Bagaimana Podcast Jadi Sangat Populer

Meledaknya popularitas podcast sejak setidaknya lima tahun terakhir membuat orang bertanya: apa yang istimewa dari format ini?

Yang Personal Yang Disukai: Bagaimana Podcast Jadi Sangat Populer
Ilustrasi MLDPODCAST. iStock/Mojo

tirto.id - Pada 2005, orang mungkin akan mengernyitkan dahi ketika Steve Jobs, sang pendiri Apple itu, bilang bahwa podcasting adalah generasi baru radio. Pertama, podcast adalah istilah yang benar-benar baru, penggabungan dari kata iPod dan broadcast. Istilah itu dicetuskan oleh kolumnis The Guardian dan jurnalis BBC, Ben Hammersley, setahun sebelum Jobs meramalkan masa depan podcast. Kedua, apa iya format suara bisa mengalahkan format audio visual yang sudah terlanjur jadi raja?

Namun, seperti banyak orang tahu, Jobs, laiknya orang hebat yang melampaui zaman, punya visi yang jauh melompat ke depan. Saat itu, Apple menawarkan sekitar 3.000 podcast gratis di iTunes 4.9, dan orang masih menerka akan seperti apa format audio blog ini.

Hitung maju dua windu kemudian, podcast menjadi salah satu konten paling populer di jagat media digital. Menurut riset Edison Research and Triton Digital, saat ini ada lebih dari 800.000 podcast aktif dan 54 juta episode di seluruh dunia.

Meledaknya popularitas podcast sejak setidaknya lima tahun terakhir membuat orang bertanya: apa yang istimewa dari format ini? Apa bedanya dengan, misalkan, mendengar radio.

Dari sisi pembuat konten, Ben sempat menjabarkannya di kolom yang melahirkan istilah podcast itu. “Tak ada perusahaan penerbitnya, tidak ada editor, dan banyak tersedianya alat-alat produksi berharga murah.”

Ben benar. Jika dibandingkan dengan konten televisi atau radio, sumber daya manusia yang dibutuhkan podcast jauh lebih kecil. Lalu dari segi biaya, podcast bisa dibuat hanya bermodal alat rekam dan internet. Secara infrastruktur, kini podcast bisa didengar nyaris di semua tempat, tidak terbatas hanya di iTunes, membuat jangkauannya makin mudah dan luas.

Dari sisi pendengar, Emily Bell, direktur Columbia Tow Center for Digital Journalism, lembaga riset media digital yang bermarkas di New York, punya jawabannya. Menurutnya, podcast punya keunggulan dari segi gaya: lebih santai, kasual, dan tidak ribet. Gaya ini jelas amat akrab dengan ceruk pendengar yang lantas terbentuk: anak muda.

“Selain itu, podcasting punya keunggulan di para pendengar, yakni anak-anak muda yang sangat antusias terhadap orang yang mereka dengarkan dan yang berhubungan dengan itu,” ujar Emily pada BBC.

Sedangkan menurut Olly Man, salah satu pembawa acara di acara Answer me This, keunggulan podcast adalah keintiman. Para pendengar benar-benar memilih tema dan topik di podcast, dan orang-orang menyukai itu.

Alasan lain, podcast memiliki banyak sekali ragam tema. Dari yang umum seperti ekonomi, bisnis, olahraga, hingga yang ceruknya amat khusus dan menyasar pendengar spesifik seperti cerita horor, serial kriminal, bahkan game Jepang lawas.

Infografik Advertorial MLDPODCAST

Infografik Advertorial Riuh Rendah Industri Podcast. tirto.id/Mojo
Rimba Padat Podcast di Indonesia

Bagaimana dengan popularitas podcast di Indonesia? Dari survei Daily Social dan Jakpat berjudul Podcast User Research in Indonesia (2018), 68 persen responden mengaku familiar dengan podcast. Bahkan, 81 persennya mendengar podcast dalam enam bulan terakhir.

Alasan kenapa mereka mendengarkan podcast juga segendang sepenarian dengan pendengar podcast di luar negeri: format ini dianggap bisa menghadirkan fleksibilitas dan dinamisnya gaya hidup anak muda. Selain itu, dengan format audio, pendengar bisa melakukan banyak hal secara bersamaan alias multitasking, berbeda dengan menonton video yang membuat kita harus terpaku pada visual.

Layanan audio streaming seperti Spotify juga berjasa besar dalam mempopulerkan podcast. Menurut data dari Industry Leaders yang dikutip oleh The Marketeers, durasi mendengarkan podcast di Spotify tumbuh 250 persen pada 2018. Mayoritas pendengar, 49 persen adalah milenial.

Popularitas podcast yang terus menanjak ini juga menarik perhatian MLDSPOT, sebuah media gaya hidup kaum muda urban. Dikenal dengan brand MLDSPOT dan tagar #Inspiring Lifestyle, mereka meluncurkan MLDPODCAST yang dibawakan oleh dua penyiar, Ryo Wicaksono dan Reza Alqadri, secara bergantian.

Sama seperti gaya podcast gaya hidup lain, Ryo dan Reza sebagai pembawa acara tampil dengan santai dan kasual saat mewawancarai bintang tamunya. Keduanya, yang memang punya jam terbang tinggi sebagai penyiar radio, termasuk handal dalam mewawancarai kisah-kisah dari narasumbernya, juga menggali kisah-kisah lucu.

Ini bisa ditengok di episode 02, saat Ryo mewawancarai musisi cum seniman Sir Dandy Harrington. Ryo sempat mengorek keseharian Dandy, termasuk apakah ia menjadi sasaran pertanyaan tetangga karena pekerjaannya sebagai seniman.

“Tetangga ada komen gak, kalo ‘Mas Acong ini pengangguran, malah istrinya yang kerja.”

“Tetangga gue sih jarang ketemu, karena tetangga gue Pak Haji, jadi mungkin keluarnya ke masjid doang. Yang komen malah satpam, kayak, kok bapak ini ada di rumah terus sih?”

Ada pula obrolan personal yang hadir, ketika Reza mewawancarai band Reality Club di episode perdana. Dengan obrolan santai seperti teman lama yang sedang nongkrong, Reza bertanya hal yang personal sekaligus mungkin nyaris tidak pernah ditanyakan: apa yang dikorbankan ketika kalian makin sibuk? Apakah teman-teman kalian makin berkurang karena kesibukan ini?

Pertanyaan-pertanyaan itu sekilas terkesan sepele, tapi pada dasarnya memberikan kesempatan kepada narasumber untuk membuka sisik melik mereka yang tak banyak diketahui orang. Simple yet insightful.

Karena semakin mudahnya orang bikin podcast, tak bisa dipungkiri persaingan di rimba raya medium ini akan makin padat. MLDPODCAST memang bisa dibilang pendatang baru dalam kancah podcast, dan persaingannya akan keras.

Namun kombinasi dua pembawa acara yang punya jam terbang tinggi, narasumber menarik dan bisa memberikan inspirasi, serta kemasan acaranya yang santai dan personal, membuat MLDPODCAST punya keunggulan besar dibanding para kompetitornya. Selain itu, keunggulan lain MLDPODCAST adalah multiformat: selain di situs MLDSPOT, ia juga bisa didengar di Spotify dan Apple Music, serta dalam bentuk audiovisual di channel MLDSPOT TV di YouTube. Hingga sekarang, sudah ada 12 episode MLDPODCAST, dengan narasumber menarik seperti Club Eighties, Galabby Thahira, hingga Dhira Bongs.

Dalam waktu dekat, MLDPODCAST akan meluncurkan episode-episode baru, pastikan kamu tidak ketinggalan untuk menyimaknya!

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis