Menuju konten utama

Yang Membuat Demi Lovato Selamat dari Overdosis

Pastikan korban overdosis tetap sadar dan mendapat suplai oksigen cukup.

Yang Membuat Demi Lovato Selamat dari Overdosis
Ilustrasi overdosis narkoba. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Seminggu setelah dilarikan ke rumah sakit karena diduga overdosis heroin, penyanyi pop Demi Lovato, seperti diberitakan oleh CNN, masih dirawat secara intensif. Di balik masa kritis yang berhasil dilewati Demi, ada peran sahabatnya yang tanggap memberi Narcan saat menemukan Demi tak sadarkan diri.

Keadaan Demi bisa saja menjadi lebih buruk apabila sahabatnya tak memberi pertolongan pertama sesegera mungkin. Di Indonesia, memberikan pertolongan pertama pada individu yang mengalami overdosis narkoba seperti dilakukan sahabat Demi bukan hal lazim. Ada kecenderungan rekan atau orang di sekeliling korban enggan pergi ke rumah sakit karena takut ditindak pihak berwajib.

“Cara pandang kita masih menganggap korban harus diperangi, kendala hukumnya banyak,” kata Wan Traga Duvan Baros, Koordinator Persaudaraan Korban NAPZA Bandung.

Selama ini, lanjutnya, korban overdosis narkoba baru bisa diberi pertolongan pertama seperti dilonggarkan pakaiannya dan diberi bantuan pernapasan. Dokter spesialis kedokteran jiwa dengan minat khusus adiksi narkoba, Benny Ardjil, Sp.KJ, mengafirmasi pernyataan Baros. Menurutnya, korban overdosis narkoba harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan tepat.

“Penanganan overdosis narkoba sangat tergantung pada jenis narkobanya, jadi ini memang masalah medis dan butuh kewenangan medis untuk mengatasinya,” tegasnya. Saat ini, ia menambahkan, yang paling banyak membikin korban gara-gara overdosis di Indonesia adalah alkohol oplosan dan sabu.

Secara garis besar, korban overdosis harus segera diberi tambahan oksigen karena banyak jenis narkoba terutama heroin bersifat menekan fungsi pernapasan. Setelahnya, baru tim medis membersihkan lambung dan tubuh dari cemaran narkoba serta memberi obat antidotum guna menghilangkan racun narkoba.

Dimuat laman resmi CPR Certified, ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi overdosis pada seseorang. Gejala paling umum adalah napas pendek, tidak teratur, atau malah tak bernapas. Korban overdosis juga sering mengalami disorientasi atau halusinasi, hilang kontrol motorik, dan limbung.

Kebanyakan dari mereka juga mengalami perubahan mood, termasuk agresi, agitasi, kecemasan, atau depresi. Gejala overdosis parah ditunjukkan dari muka dan kulit yang pucat, sakit perut, muntah, suhu tubuh tinggi, kejang, dan terakhir hilang kesadaran.

“Narkoba, terutama heroin biasanya membuat napas sesak karena sifatnya menekan fungsi pernapasan,” jelas dokter Benny.

Masih dari laman yang sama, untuk menolong korban overdosis, orang di sekitar mereka harus berusaha membuat korban tetap sadar dan tenang. Miringkan tubuh korban untuk mengantisipasi tersedak muntahan. Melepas pakaian dan melonggarkan pernapasan juga perlu untuk memudahkan jalan udara bagi korban.

Ditambahkan dalam laman WebMD, penggunaan arang aktif dapat menjadi solusi pertama untuk meredakan overdosis. Caranya, campur bubuk dengan cairan dan berikan pada korban. Jika korban tak dapat menelan, pakai alat bantu melalui alat berupa tabung yang ditempatkan di mulut. Terakhir, segera hubungi petugas medis.

Kembali, menurut CPR Certified, first aider dilarang membawa korban ke kamar mandi atau mengguyur mereka dengan air. Reaksi umum dalam film dan di televisi ini salah besar, karena korban bisa limbung, pingsan, dan terjatuh di kamar mandi.

Berusaha membikin korban muntah dengan tujuan menghilangkan toksin juga sia-sia. Jamaknya, cara ini gagal dan justru membikin korban tersedak muntahannya sendiri. Hindari memberi makan korban karena beberapa makanan dapat memiliki efek buruk, misalnya kopi, soda, dan alkohol.

Infografik Pertolongan Pertama Pada OD narkoba

Nalokson si Penyelamat Nyawa

Baros menceritakan potret korban overdosis narkoba di Indonesia yang masih termarginalkan. Di negara maju seperti Amerika Serikat, korban overdosis dapat mengakses layanan medis dengan mudah. Bahkan orang-orang terdekatnya dibekali obat antidotum. Di Indonesia, mereka hanya bisa bergantung pada pertolongan di rumah sakit.

“Informasi pertolongan pada korban overdosis saja banyak yang tidak tahu,” ujar Baros.

Narcan, merek obat antidotum nalokson yang diberikan oleh sahabat Demi Lovato sebagai pertolongan pertama overdosis tak bisa diakses sembarang di negara ini. Petugas medis di lapangan pun tak banyak buka suara soal penanggulangan overdosis opioid termasuk heroin dan pil nyeri yang diresepkan seperti morfin, kodein, oksikodon, metadon, dan Vicodin menggunakan nalokson.

“Mereka [awam] enggak mungkin pegang karena nalokson juga masuk golongan narkotika, ada pembatasan,” tambah Benny.

Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat mengizinkan penggunaan nalokson untuk umum. Kebijakan ini didukung oleh hasil penelitian Coffin dan Sullivan pada 2013 yang mengungkapkan bahwa distribusi nalokson untuk awam mengurangi 6 persen probabilitas kematian akibat overdosis opioid. Overdosis narkoba jenis ini menjadi penyebab utama kematian tidak disengaja di Amerika Serikat.

“Satu kematian dicegah untuk setiap pendistribusian 227 nalokson kit,” tulis penelitian tersebut.

Nalokson bekerja dengan cara mengikat reseptor opioid, menariknya, dan memblokir efek opioid dari reseptor di otak. Laman Stop Over Dose mengungkapkan semakin cepat nalokson diaplikasikan pada korban overdosis opioid, akan semakin kecil kerusakan otak yang diderita korban. Kerusakan otak dapat terjadi hanya dalam beberapa menit dari overdosis opioid sebagai akibat kurangnya suplai oksigen ke otak.

“Bereaksi dalam waktu sekitar 5 menit, mulai mereda dalam waktu sekitar setengah jam sampai 1,5 jam,” tulis keterangan dalam laman itu. Nalokson memberi jeda dan waktu cukup bagi tim medis datang dan memberi pertolongan medis lanjutan pada korban.

Aplikasi obat antidotum ini dapat dilakukan dalam dua cara. Pertama, diinjeksi ke otot besar seperti paha, pantat bagian atas atau luar, dan pundak, lalu dilanjutkan bantuan pernapasan 2-3 menit setelah injeksi. Lalu, tipe kedua adalah nalokson jenis semprotan yang diaplikasikan ke hidung, dilanjutkan bantuan pernapasan sampai obat tersebut bereaksi sekitar 3-5 menit kemudian.

Penggunaan nalokson pada individu tanpa opioid dalam dosis standar, sejauh ini tidak menimbulkan efek farmakologis. Sayangnya, sekali lagi, ia tak bisa dimiliki awam. Jika Anda mendapati seseorang tampak mengalami overdosis, upayakan agar korban sadar dengan memiringkan tubuhnya, dan berilah ia pertolongan medis.

Baca juga artikel terkait NARKOBA atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani