Menuju konten utama

Yang Favorit di Synchronize Fest 2022 Versi Awak Tirto (Bag. 1)

Tahun ini, total ada enam orang awak Tirto yang meliput Synchronize. Kami semua, rasa-rasanya, punya selera musik yang berbeda satu sama lain.

Yang Favorit di Synchronize Fest 2022 Versi Awak Tirto (Bag. 1)
Vokalis Goodnight Electric Henry Foundation (kanan) dan bassis Vincent Rompies (kiri) tampil pada hari ketiga Synchronize Fest 2022 di Gambir Expo Kemayoran, Jakarta, Minggu (9/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.

tirto.id - Ketika Susy Nander (75), Titiek AR (76), Lies AR (74), dan Titiek Hamzah (73) naik ke atas panggung Dynamic Stage, gemuruh penonton nyaris tak terbendung. Mereka tahu ini panggung istimewa nan bersejarah, dan mereka jadi saksi hidup kembalinya Dara Puspita untuk pertama kali setelah 52 tahun.

Mereka dibarengi oleh para musisi yang mereka sebut sebagai “…tunas, pewaris musik kami”, tampil membawakan banyak hits Dara Puspita yang beken di era 1960-an. Mulai dari “A Go Go”, “Burung Kakatua”, “Bertamasya”, “Pantai Pataya”, “Marilah Kemari”, hingga “Surabaya”.

Di usia yang sudah memasuki kepala tujuh, stamina mereka terbilang prima. Permainan mereka pun rapih dan mengesankan, terutama Susy Nander yang gebukan drumnya masih terdengar menggelegar dan nyaris tak pernah luput dari beat. Kehadiran Yuyi Trirachma dari Fleur yang membantu di departemen bass, membuat tempo dan lagu mereka makin terjaga dengan baik dan ketat.

Bagi saya, kehadiran Dara Puspita adalah puncak dari Synchronize Fest. Menonton mereka, setelah selama ini hanya bisa membaca dan membayangkan menonton mereka manggung di tahun-tahun menyerempet bahaya, rasanya sureal begitu menonton mereka secara langsung. Lengkap dengan empat personelnya.

Saya sedikit berkaca-kaca ketika melihat mereka menyelesaikan set, dan dadah-dadah ke penonton. Mereka, terutama Titiek, juga terlihat terharu dan menangis. Mungkin mereka sendiri tak membayangkan akan bisa bermain bersama lagi.

Bayangkan, lebih dari setengah abad tak pernah manggung bareng, sekalinya manggung langsung di panggung besar megah, dan ditonton oleh ribuan orang dari generasi yang seumuran cucu mereka, atau malah lebih muda.

“Kami tak tahu kapan akan manggung lagi. Doakan kami panjang umur, ya!”

Seruan tante Titiek dari atas panggung itu terasa magis, seperti doa yang dipinta dengan tulus dan khusyuk. Membuat bulu kuduk meremang dan melahirkan harapan. Semua yang menonton di sana pasti memanjatkan doa serupa: semoga para oma yang nge-rock ini panjang umur dan masih akan melakukan banyak konser lagi di masa depan.

Selain Dara Puspita, tentu masih ada beberapa penampilan lain yang menurut saya jadi highlight Synchronize Fest 2022.

Lorjhu’, misalnya. Ini pertama kali saya menonton mereka manggung secara live. Dan penampilan band yang dipimpin oleh Badrus Zeman ini sama sekali tak mengecewakan. Mereka membawakan beberapa lagu dari album pertama mereka, Paseser (2022). Musik rock dengan fuzz, dan beat yang asyik buat dipakai bergoyang, membuat banyak orang berdansa dengan ekstase.

Bahasa Madura yang dipakai sebagai lirik, terbukti mampu menerabas semua sekat —sekaligus membuktikan adagium klise-tapi-selalu-relevan bahwa musik itu universal. Sebagian orang yang saya temui di Gigs Stage malam itu, juga terkesan dan menyebut musik Lorjhu’ mungkin bisa jadi purwarupa apa yang disebut sebagai Rock Nusantara. Tapi ini bahasan untuk lain kali saja.

Penampilan The Sastro juga menurut saya layak diacungi empat jempol. Bermain di panggung XYZ, band yang jadwal manggungnya seperti frekuensi hujan di musim kemarau ini membawakan lagu-lagu klasiknya, yang tentu memancing nostalgia. Konsep panggung tanpa pembatas juga membuat suasana makin seru. Celetukan-celetukan penonton —yang sebagian besar saling mengenal dengan para personel The Sastro— juga bikin suasana makin gayeng.

Puncaknya apalagi kalau bukan ketika “Lari 100” dibawakan. Dari belakang, belasan penonton naik ke atas panggung. Dari depan, beberapa penonton menghambur ke kaki para personel, berusaha merebut set list.

Panggung XYZ yang layout-nya apik, tanpa ada batasan (tapi ini akan jadi catatan tersendiri, mengingat beberapa penonton berlaku destruktif dan mengganggu personel band) dan bisa membuat penonton melingkari panggung, bikin band-band yang manggung di sana jadi ditunggu. Seperti apa interaksi mereka dengan penonton, seperti apa jadinya?

The Jansen adalah jawaban ideal pertanyaan itu.

Mereka tampil dengan penuh energi dan dituangkan dengan benar di atas panggung. Di pertengahan set, penonton sudah tak tahan untuk naik ke atas panggung dan melakukan crowd surfing. Maka terjadilah: para penonton beramai-ramai menginvasi panggung, dan disambut dengan riang gembira oleh band punk rock asal Bogor itu. Para petugas keamanan tampak kebingungan menyuruh mereka turun.

Sore itu, di hari ketiga, berkat kena siraman rohani lagu-lagu punk rock bertenaga 1.000 kuda, The Jansen membuat saya ingin jadi muda kembali.

Infografik favorit awak Tirto di Synchronize Fest 2022

Infografik favorit awak Tirto di Synchronize Fest 2022. tirto.id/quita

***

Tahun ini, total ada enam orang awak Tirto yang meliput Synchronize. Dari enam itu, ada dua orang yang sebenarnya membeli tiket sejak dua tahun lalu dan tak melakukan refund. Mereka percaya bahwa Synchronize Festival akan memberikan suguhan yang tak mengecewakan.

Kami semua, rasa-rasanya, punya selera musik yang berbeda satu sama lain. Tentu ada beberapa band yang jadi favorit bersama. Namun konsep festival membuat kesamaan selera ini kadang tak mewujud dalam pilihan menonton. Jadilah kami sering berpisah satu sama lain, menonton artis yang sudah ditandai, dan ketemu lagi untuk makan bareng, atau bertemu di panggung yang sama setelahnya.

Maka kami coba merangkum siapa penampilan favorit kami sepanjang tiga hari penyelenggaraan Synchronize Fest 2022 ini. Tentu ini bukan berarti kami tak menyukai penampil lain yang kami tonton, dan ini bukan senarai terbaik. Apalagi keterbatasan teks sudah tentu jadi hambatan terbesar di sini.

Jadi, ini dia penampilan terfavorit di Synchronize Fest menurut awak Tirto.id:

Fifa Chazali, Cross Functional Manager

Barakatak:

Mereka masih energik dan menguasai crowd. Saking menguasainya, crowd tumpah ke panggung sampe disuruh turun. Di situ gua liat fans yang antusias banget, buka baju, muter-muterin topinya, joget ampe trance, dan nyanyi kata per kata dengan fasih. Artinya: fans mereka beneran loyal garis keras. Malam itu set DJ Barakatak bagus bgt sound-nya, dan mereka kompak pake outer kimono. Kyuuut.

Java Jive:

Dany masih bagus tarikan vokalnya, suaranya masih tinggi, masih seksi, haha. Capung dan Fatur engage banget ke penonton. Dan pilihan lagu yang dibawain bener-bener seperti memfasilitasi penonton buat sing a long.

Rub of Rub:

Meski emerging dan di panggung kecil tapi soundnya BAGUS. Genrenya kan kaya dub psikedelik, dan sound ambience-nya bagus. Tapi gua gak ngerti kenapa crowd-nya pada crowd surfing padahal musiknya sebenernya chill nyender.

Ali:

Gue sebelumnya ga tau mereka itu band apaan. Tapi mereka bagus!!!

Honorable Mention:

Goodnight Electric dan Maliq & D'Essentials.

Baca juga artikel terkait SYNCHRONIZE FEST atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Irfan Satryo Wicaksono