Menuju konten utama

WWF Paparkan Kendala Penambahan Populasi Harimau Sumatera

Aditya memaparkan bahwa sampai saat ini masih ada perburuan terhadap harimau, yakni di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.

WWF Paparkan Kendala Penambahan Populasi Harimau Sumatera
Petugas BBKSDA Riau melakukan perawatan terhadap seekor anak harimau Sumatra yang diperkirakan berusia 5 hingga 6 bulan di klinik perawatan BBKSDA Riau di Pekanbaru, Riau, Jumat (26/5). ANTARA FOTO/Rony Muharrman

tirto.id - WWF Indonesia mengatakan salah satu kendala dalam menambah populasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) adalah akibat keberadaan "kantung-kantung" kawasan hutan yang menjadi habitat satwa langka ini semakin terancam.

Direktur Kebijakan, Keberlanjutan, dan Transformasi WWF Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan pencapaian target program "double tiger" (TX2) masih terus diupayakan di Indonesia.

Dia mengimbuhkan, penambahan populasi harimau sumatera bisa cepat terjadi karena cara berkembang biaknya sama dengan kucing peliharaan.

"Cuma persoalannya bagaimana memastikan agar habitatnya tidak berkurang dan satwa ini tidak diburu dan tidak dibunuh akibat konflik. Itu saja kuncinya kalau untuk harimau," kata Aditya pada peluncuran kampanye #30Claps di Jakarta, Jumat (28/7/2017).

Untuk melindungi satwa ini, kata dia, pemerintah harus lebih tegas menetapkan lokasi hutan yang harus dilindungi. Perlindungan habitat untuk harimau sumatera harus benar-benar kuat pelaksanaannya, mengingat pembalakan liar, perburuan dan alih fungsi lahan masih terjadi.

"Kantung-kantung kawasan hutan yang tersisa di Sumatera harus benar-benar dijaga, apalagi daya jelajah harimau luas hingga keluar dari kawasan hutan. Para pemegang konsesi yang di wilayahnya ada harimau harus proaktif menjaga, karena masih banyak ditemukan jebakan yang sebenarnya mungkin bukan untuk harimau tapi kena ke harimau," lanjutnya.

Ia juga memaparkan bahwa sampai saat ini masih ada perburuan terhadap harimau, yakni di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Meski pelaku mendapat hukuman, namun menurut dia hukuman itu belum menimbulkan efek jera.

Menurut dia, apabila memang harimau sumatera menjadi ikon Indonesia, maka sudah seharusnya hukuman untuk pemburu harimau dihukum lebih berat. Pasalnya, kata dia, selama ini perburuan itu masih dilihat biasa bukan sebuah tindak kejahatan.

"Terus terang untuk Indonesia tren (populasi harimau) menurun. Jadi, beberapa tahun lalu populasinya mencapai 400 sekarang malah di bawah itu, 371 individu," ujar Aditya dikutip dari Antara.

Berdasarkan data WWF total harimau dari 11 negara yang masih memiliki satwa langka ini mencapai 3.890 individu. Dari sejumlah negara hanya India dan Nepal yang sejauh ini berhasil menaikkan populasi harimau.

"Penurunan populasi terjadi di Indonesia, Malaysia, Cina, sedangkan di Rusia angka populasi harimau mulai stagnan," lanjutnya.

Baca juga artikel terkait POPULASI HARIMAU atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto