Menuju konten utama

WNI Jadi Tentara Perancis: Demi Uang dan Petualangan

Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) aktif menjadi anggota pasukan Legiun Asing Perancis. Mereka tak semata tergiur oleh gaji besarnya. Ada pula soal petualangan. Inilah sebuah pergelutan uang, petualangan, dan nasionalisme.

WNI Jadi Tentara Perancis: Demi Uang dan Petualangan
undefined

tirto.id - Sekelompok tentara mengelilingi api unggun. Secara bergiliran, mereka diperintahkan menyanyikan lagu daerah masing-masing. Dua prajurit berwajah Jepang menyanyikan lagu berbahasa Hyoujungo. Selanjutnya, tiga tentara berwajah Timur Tengah menyanyikan lagu berbahasa Arab. Setelah itu, giliran seorang prajurit berkacamata, berkulit sawo. Sebuah lagu berbahasa Indonesia meluncur dari bibirnya.

“Pernah terlintas, di dalam hariku. Untuk pergi jauh, tinggalkan dirimu. Pernah terlukis, di dalam bayangku.”

Tentara berwajah Melayu itu ternyata mendendangkan penggalan lagu “Kaulah Nafasku” milik Shifter, band asal Bandung. Tidak jelas apakah dia benar-benar Warga Negara Indonesia (WNI). Hanya saja, dia sangat fasih menyanyikan lagu berbahasa Indonesia tersebut.

Itulah penggalan cerita perjuangan para warga asing yang menjadi tentara Perancis ini ada dalam tayangan video berjudul “Je Serai Légionnaire” atau “Aku Akan Jadi Legionnaire” yang diunggah ke YouTube pada tahun 2005.

Mereka yang ada dalam tayangan video itu merupakan anggota Legiun Asing Perancis atau French Foreign Legion, yang juga dikenal sebagai (LE). Film berdurasi 53 menit 20 detik itu mempertontonkan proses perekrutan, pelatihan dasar, hingga pelantikan sebelum resmi berdinas di LE. Mereka menyebut latihan dasar militer sebagai “15 Minggu di Neraka”.

Legiun Asing Perancis

LE merupakan unit dari Angkatan Darat Perancis, yang merekrut warga negara asing yang berminat mengabdi pada militer Perancis. Karenanya, di dalam LE ada prajurit dari beragam negara, termasuk dari Indonesia, Jepang, Timur Tengah, ataupun negara Eropa lainnya. Sejak dibentuk pada 1831 oleh Raja Louise Phillipe hingga tahun 2008, prajurit LE tercatat berasal dari 140 negara.

LE dikenal sebagai unit pasukan yang tidak hanya fokus pada keterampilan militer, tapi juga sangat menjunjung tinggi rasa setia kawan mengingat kewarganegaraan anggotanya yang berbeda-beda.

Satu hal yang unik, meskipun bagian dari militer Perancis, LE merupakan satu-satunya unit yang pasukannya tidak bersumpah setia kepada negara Perancis. Para Legionnaire, sebutan bagi prajurit LE, didoktrin setia dan loyal kepada kesatuan itu sendiri. Oleh sebab itu, salah satu slogan pasukan dengan baret hijau ini yang terkenal adalah “Legio Patria Nostra” atau “Legiun adalah Tanah Air”.

Pada awalnya, LE digunakan untuk memperluas dan mengamankan koloni kerajaan Perancis di abad ke-19. Dalam perkembangannya, pasukan “gado-gado” ini ditugaskan ke berbagai wilayah konflik dengan membawa kepentingan Perancis. Sejak berdiri, tercatat 40.000 prajurit LE tewas dalam berbagai pertempuran dan konflik di berbagai belahan dunia.

WNI di Legionnaire

LE beranggotakan prajurit dengan beragam kewarganegaraan, termasuk Indonesia. Adanya WNI yang jadi Legionnaire ini pernah disampaikan oleh mendiang Letnan Kolonel TNI AL (Anumerta) Juanda. Ia merupakan pengamat intelijen yang pernah mendapat beasiswa di Perancis saat bertugas di dinas intelijen marinir.

Kompas.com edisi 4 Oktober 2010 memuat pernyataan Juanda yang mengaku pernah beberapa kali membantu sejumlah pemuda asal Indonesia menjadi Legionnaire.

“Jumlahnya memang tidak banyak. Tetapi, seingat saya, di atas belasan orang WNI pernah atau masih menjadi Legionnaire,” ujar Juanda.

Tim Tirto.id pun mencoba melacak keberadaan Legionnaire asal Indonesia. Hasil penelusuran mempertemukan dengan seorang pemuda, sebut saja AC. Alumnus sebuah kampus swasta di Indonesia itu mengaku masih aktif menjadi Legionnaire.

“Termasuk saya, saat ini ada empat orang asal Indonesia yang masih aktif. Mereka sudah sangat lama berdinas dan ada yang mendekati masa pensiun,” kata AC, Jumat (4/3/2016).

Menjadi Legionnaire sedikit banyak sesuai dengan cita-citanya. Sedari kecil, AC sebenarnya ingin menjadi anggota TNI. Namun, ada beberapa hal yang membuatnya berpikir ulang. “Awalnya, saya sangat ingin mengabdi di Indonesia. Tetapi karena kesejahteraan, dan maaf, Anda tahu sendiri bagaimana seleksi di Indonesia,” katanya. Di masyarakat sering beredar cerita soal titip-menitip dan biaya siluman dalam seleksi masuk militer di Indonesia.

AC mulai menjadi Legionnaire pada 2011. Sebelum itu, AC sempat bekerja di sebuah perusahaan swasta. Ia mengaku memperoleh informasi awal mengenai LE dari seorang mantan Legionnaire kelahiran Bandung yang tinggal di Jakarta. Sebut saja namanya DL. Setelah perbincangannya dengan DL, AC merasa tertarik dan akhirnya memutuskan melamar menjadi seorang Legionnaire.

Tirto.id berhasil melacak keberadaan DL. Sayang, DL tak membalas permohonan wawancara Tirto.Id. Konfirmasi keterlibatan DL di Legionnaire berhasil didapat dari istrinya.

“Saya kurang kenal sama AC. Tapi yang diceritakan itu benar. (suami) Pernah jadi legiun asing. Tapi sekarang sudah selesai,” kata istri DL, sebut saja AL. Sayangnya, wanita yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta itu menolak untuk memberikan penjelasan lebih lanjut.

“Saya harus izin dulu sama suami saya, karena masalah ini sensitif. Sekarang dia lagi di luar kota. Tertarik ya mas masuk ke legiun asing?” katanya.

Uang atau Petualangan

Banyak alasan mengapa WNI mau bergabung menjadi Legionnaire. AC misalnya, tak menampik bahwa alasannya menjadi prajurit asing adalah soal kesejahteraan. Gaji yang diperoleh dengan menjadi Legionnaire memang cukup menggiurkan, Untuk seorang Legionnaire dengan pangkat terendah hingga naik pangkat menjadi kopral, sekitar 2–4 tahun mengabdi, gajinya sebesar € 1.280 atau sekitar Rp19,2 juta. Berdasarkan informasi di situsweb resmi LE (http://www.legion-etrangere.com/), angka itu belum termasuk biaya asuransi kesehatan.

Gaji tersebut jelas jauh lebih tinggi jika dibandingkan gaji tentara Indonesia. Saat ini, gaji terendah anggota TNI yang baru bertugas dengan pangkat prajurit dua sebesar Rp1.565.200 per bulan. Angka itu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2015 tentang Peraturan Gaji Anggota TNI yang ditandatangani Presiden Jokowi pada 4 Juni 2015.

Uang memang semata-mata bukan menjadi faktor pendorong. Ada pula soal pengalaman dan petualangan. Seperti yang disampaikan anggotaa Komisi I DPR RI, Mayjen TNI (Purn) Tubagus Hasanuddin dari Fraksi PDI Perjuangan. Mantan Sekretaris Militer Presiden Megawati dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu mengungkapkan, ada dua penyebab utama WNI menjadi legiun asing.

“Satu, mungkin faktor ekonomi. Kedua, ada petualangan. Bisa jadi,” kata lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1974 itu.

Tubagus sendiri tidak menampik ada WNI yang menjadi Legionnaire. Termasuk dirinya yang pernah bersinggungan dengan legiun asing Perancis saat mengikuti pendidikan staf komando di negara Eiffel tersebut.

“Saya pernah di legiun asing. Kalau ada (WNI jadi Legionnaire), itu pribadi dan tidak mengganti warga negara. Dan dia tidak taat kepada negara Perancis. Jadi kehormatan dia untuk unitnya, bukan negara,” kata Tubagus.

Pertanyaannya kemudian, apakah keberadaan para WNI menjadi Legionnaire melunturkan rasa nasionalisme mereka?

Atas pertanyaan ini, AC memiliki jawaban yang cukup diplomatis. “Bagi saya, nasionalisme bukan hanya di atas kertas. Walaupun saya tinggal di negeri orang, dalam diri saya, saya tetap orang Indonesia,” tegasnya.

Baca juga artikel terkait LEGIUN ASING atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Hukum
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti

Artikel Terkait