Menuju konten utama

Wiranto Buka Suara Soal Viral Foto Keluarganya yang Pakai Cadar

"Banyak masyarakat terkejut, media sosial ramai membincangkan tentang mereka. Ada yang senang dan ada pula yang mencerca dengan prasangka," kata Wiranto.

Wiranto Buka Suara Soal Viral Foto Keluarganya yang Pakai Cadar
Menko Polhukam Wiranto. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

tirto.id - Menkopolhukam Wiranto angkat bicara soal viralnya foto keluarganya yang menggunakan cadar dan bersorban saat di pemakaman cucunya Ahmad Daniyal Al Fatih. Wiranto mengatakan, ada banyak yang terkejut melihat foto tersebut.

"Pada saat cucu saya Ahmad Daniyal Al Fatih meninggal dunia, ibu, ayah dan kakak- kakaknya mengenakan busana muslim yang bercadar, bersorban. Banyak masyarakat terkejut, media sosial ramai membincangkan tentang mereka. Ada yang senang dan ada pula yang mencerca dengan prasangka dan cara mereka. Bahkan mencoba menghubung-hubungkan dengan tugas dan jabatan saya sebagai Menko Polhukam," kata Wiranto dalam keterangan tertulis, Senin (19/11/2018).

Pihak Kemenkopolhukam juga membenarkan isi pernyataan itu berasal dari Wiranto. Dalam keterangannya, mantan Panglima ABRI era Soeharto itu meminta masyarakat untuk tidak mengukur kedalaman agama seseorang berdasarkan pakaiannya, tetapi dari perbuatannya.

“Kamu boleh kenakan baju apa saja, selama kamu merasa nyaman tetapi yang penting janganlah penampilanmu hanya untuk pamer tentang ke-Islaman-mu, karena kedalaman agamamu bukan diukur dari pakaianmu atau penampilanmu, tetapi akhlak dan perilakumulah yang lebih utama," tegas Wiranto.

Wiranto bahkan sempat bercerita mengenai anaknya, Zainal Nurizky, yang telah wafat. Saat itu, kata Wiranto, anaknya memilih meninggalkan studi di Universitas Gadjah Mada dan berangkat ke Afrika Selatan untuk mendalami Alquran. Namun, Wiranto menyayangkan ada pihak yang menuding anaknya ikut dalam gerakan Islam Radikal.

"Lewat internet, dia memilih tempat belajar Al Qur’an yang bebas politik, Ponpes Internasional di wilayah Land Asia Afrika Selatan yang khusus untuk memantapkan pemahaman Al Qur’an yang mengedepankan persaudaraan dan kedamaian, bukan sekolah teroris. Sayang sekali baru satu tahun belajar dari 7 tahun yang harus dijalaninya, dia meninggal di sana karena sakit," kata Wiranto.

Wiranto juga meminta masyarakat untuk tidak mencampuradukkan agama dengan ideologi negara, termasuk menggunakan agama untuk kepentingan politik.

“Jangan campuradukkan agama dengan ideologi negara, jangan jual agama untuk kepentingan politik dan jangan jual agama untuk mencari keuntungan finansial. Dalami agama untuk bekal di akherat dan memberikan kebaikan bagi sesama, bangsa dan negara," kata Wiranto.

Mantan Ketua Umum Hanura itu juga mengaku selalu memberikan kebebasan kepada keluarganya selama masih menyebar kebaikan. Kendati ditinggal pergi oleh sang cucu dan anaknya, Wiranto mengaku tetap bersyukur dan bangga karena keluarganya tidak menggunakan statusnya untuk kepentingan tertentu.

"Saya memang meminta dengan sungguh-sungguh kepada mereka untuk jangan sekali-kali memanfaat jabatan saya untuk kepentingan pribadi. Saya bersyukur sampai detik ini kami sekeluarga masih dapat mempertahankan komitmen itu," kata Wiranto.

Baca juga artikel terkait CADAR atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Alexander Haryanto