Menuju konten utama

Weekend di Gunung Papandayan, Alternatif Liburan Akhir Pekan

Weekend adalah akhir pekan yang bisa diisi dengan berlibur bersama keluarga atau teman-teman.

Weekend di Gunung Papandayan, Alternatif Liburan Akhir Pekan
Pendaki melintas di Hutan Mati Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (15/4). Gunung Papandayan merupakan gunung berapi yang masih aktif dengan ketinggian 2.665 Mdpl dan dijadikan kawasan tempat wisata bagi pecinta alam lokal maupun mancanegara. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

tirto.id - Weekend adalah salah satu liburan yang paling dinanti masyarakat Indonesia. Saat weekend atau akhir pekan, biasanya masyarakat akan saling mengucapkan happy weekend! Arti dari happy weekend adalah selamat berakhir pekan atau selamat liburan.

Weekend biasanya akan dihabiskan untuk mengunjungi tempat wisata bersama teman-teman atau keluarga. Salah satu tempat wisata yang bisa dikunjungi saat weekend adalah Gunung Papandayan yang terletak di Jawa Barat.

Sebagai gunung vulkanik masih aktif, Gunung Papandayan memiliki panorama yang indah dengan jalur pendakian yang sangat bersahabat bagi para pendaki. Gunung yang memiliki ketinggian 2665 meter dari permukaan laut ini, terletak di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

Gunung Papandayan adalah salah satu gunung di Indonesia yang menjadi tujuan favorit bagi para pendaki. Selain memiliki medan pendakian yang landai dan tidak terlalu sulit, Gunung Papandayan memiliki panorama yang indah yakni hamparan hutan mati dan Edelweiss yang bermekaran.

Gunung yang memiliki hutan mati dan Edelweiss ini, memiliki dua jalur pendakian yakni jalur Cisurupan dan Jalur Pengalengan, dengan masing-masing memiliki tantangannya sendiri. Sejauh ini, menurut laman resmi Taman Wisata Alam Gunung Papandayan, jalur Cisurupan merupakan jalur favorit yang sering dilewati oleh sebagian besar pendaki karena memiliki track yang relatif lebih aman.

Kendati demikian, jalur pendakian Cisurupan juga memiliki tantangan dan pendaki harus tetap waspada. Seperti yang dilansir dalam laman resmi pemerintah, Gunung Papandayan memiliki 14 kawah yang mengeluarkan gas belerang sehingga dapat mengganggu pernapasan para pendaki. Selain itu, pada jalur Casurupan pendaki harus melewati jalanan terjal dan bebatuan sebelum memasuki hutan mati dengan kondisi jalur yang landai.

Setelah sampai pada hutan mati, pendaki akan disuguhkan pemandangan pohon cantigi berwarna hitam yang tumbuh di sekitar lumpur kawah gunung. Selain itu, gunung berapi yang masih aktif ini memiliki hamparan pasir putih dan aroma belerang khas yang bisa dinikmati oleh para pendaki.

Bahkan, jika pendaki mengalihkan pandangannya ke arah timur, maka akan tersaji pemandangan pohon-pohon kering yang terkena erupsi atau dikenal dengan kawasan hutan mati. Pasalnya, menurut laman resmi pengelola Taman Wisata Alam Gunung Papandayan, Gunung Papandayan pernah meletus sebanyak 11 kali dengan letusan terbesar terjadi pada tahun 1772, dan menyebabkan beberapa pemukiman yang ada disekitaran Gunung Papandayan terkena dampaknya.

Hal ini karena Gunung yang memiliki luas 225 Ha ini, berada dengan posisi geografis 7o30’LS 107o31’ BT, atau berada di Desa Simajaya dan Desa Keramat Wangi di Kecamatan Cisurupan. Sementara untuk bagian lainnya, Gunung Papandayan terletak di Desa Neglawangi, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

Untuk akses menuju gunung ini, cukup mudah, dilansir dari laman resmi Pengelola Taman Wisata Alam Gunung Papandayan, ada beberapa akses alternatif unutk menuju gunung ini. Pertama, akses dari kota Bandung yang bisa menggunakan transportasi umum dari Terminal Cisaheum jurusan Bandung Cikajang.

Penumpang bisa turun di Kecamatan Kasurupan dan hanya dikenakan tarif Rp30.000/orang. Selain itu, ada juga akses dari Kota Jakarta menggunakan transportasi umum, dengan jalur pemberangkatan dari Terminal Kampung Rambutan. Penumpang bisa menggunakan bis Karunia Bakti jurusan Jakarta-Garut, dengan tarif Rp15.000/orang, penumpang bisa turun di Terminal Garut.

Baca juga artikel terkait WISATA ALAM atau tulisan lainnya dari Febri Eka Pambudi

tirto.id - Hobi
Kontributor: Febri Eka Pambudi
Penulis: Febri Eka Pambudi
Editor: Dipna Videlia Putsanra