Menuju konten utama

Waspada Risiko di Balik Penguatan IHSG setelah RI Mulai Vaksinasi

Vaksinasi massal yang dimulai kemarin disambut baik pasar modal. tren ini mungkin tak bertahan lama karena sejumlah alasan.

Waspada Risiko di Balik Penguatan IHSG setelah RI Mulai Vaksinasi
Presiden Joko Widodo (kiri) disuntik dosis pertama vaksin COVID-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib (kanan) di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). ANTARA FOTO/Setpres-Agus Suparto/Handout/wsj.

tirto.id - Presiden Joko Widodo mengikuti vaksinasi COVID-19, Rabu (13/01/2021), di Istana Negara, Jakarta. Momen tersebut menandai dimulainya vaksinasi massal Corona di Indonesia yang paling cepat berlangsung hingga satu tahun ke depan.

Peristiwa ini direspons positif oleh pasar modal. Pada pra perdagangan pagi kemarin, Rabu (13/1/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 44 poin atau 0,69 persen ke level 6.439. IHSG melanjutkan penguatan ke level 6.449, naik 54 poin atau 0,84 persen, tepat saat bel pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB.

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di zona hijau. Pada jeda perdagangan siang, IHSG naik 32 poin ke level 6.428. Kecenderungan ini bertahan hingga penutupan perdagangan dengan penguatan 0,62 persen ke 6.435.

Penguatan IHSG sebenarnya sudah terasa sejak penutupan perdagangan akhir pekan lalu setelah sebelumnya bergerak cenderung landai sejak Desember. Pada 14 Desember, IHSG berada di posisi 6.012. Sempat menguat ke posisi 6.165 pada 21 Desember sebelum terpental ke zona merah 6.008 pada 23 Desember. Sejak saat itu, IHSG bergerak landai di kisaran 6.008-6.137.

IHSG tampak mulai bergairah sejak ada pengumuman dari pemerintah yang memastikan Indonesia akan mulai melakukan vaksinasi pada 13 Januari.

IHSG menanjak ke 6.257 pada Jumat 8 Januari. Penguatan itu berlanjut pada awal pekan berikutnya atau pada Senin 11 Januari. Ketika itu posisi IHSG pada level 6.382. Penguatan berlanjut dua hari setelahnya jelang hari H pelaksanaan vaksinasi.

Ringkasnya, penguatan tersebut tidak terlepas dari sentimen positif dari dimulainya program vaksinasi.

Namun, selalu ada risiko di balik pergerakan positif. Pengamat pasar modal Teguh Hidayat memperingatkan para investor agar tidak terlalu larut. Sebab, perjalanan Indonesia menuju proses pemulihan masih panjang--12 atau 15 bulan sebagaimana yang pernah dikatakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Belum lagi tingkat efikasi vaksin yang 'hanya' 65,3 persen.

“Secara statistik dari tiga orang yang divaksin itu hanya dua yang kemudian menjadi kebal dan satunya masih bisa kena virus. Sebenarnya menurut saya itu kabar buruk,” kata dia kepada reporter Tirto, Rabu (13/1/2021).

Ia juga mengatakan bahwa “sentimen di pasar modal yang kemudian membuat IHSG cukup tinggi posisinya itu kurang sinkron dengan kenyataan di lapangan.” Soalnya, pembatasan sosial yang berdampak langsung ke ekonomi masih berlangsung.

Menurutnya, investor akan lebih tenang jika penanganan kasus COVID-19 di Indonesia lebih terkendali ketimbang vaksinasi masal. Dengan kata lain di hulu alih-alih hilir.

“Selama euforianya masih ada, pasar masih bisa naik. Cuma sebenarnya waktu awal Januari ini IHSG masih sempat jatuh. Sebenarnya posisi pasarnya rentan turun kalau ada sentimen negatif sedikit saja akan turun,” kata dia.

Satu contoh sentimen negatif yang ia maksud adalah jika terbukti ada masyarakat yang divaksinasi tapi masih tertular COVID-19. “Kalau ada yang begitu kemudian berita menyebar, pasar bisa jeblok,” kata dia.

Hal senada dikatakan peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov.

Ia mengakui bahwa dimulainya vaksinasi masal akan membuat beberapa sektor seperti transportasi, retail, farmasi, sampai pariwisata akan membaik. Orang akan kembali melakukan perjalanan, belanja, sampai berani melakukan pengobatan di rumah sakit yang selama ini banyak tertunda. Namun pengentasan pandemi dan pemulihan ekonomi tidak bisa dilakukan secara paralel, katanya.

“Karena vaksinasinya dulu harus selesai, akan kita liat efektivitasnya. Vaksinasi ini belum dikatakan berhasil karena rutenya masih sangat panjang. Pemulihan ekonomi enggak bisa paralel karena masyarakat masih akan menahan konsumsi,” jelas dia kepada reporter Tirto, Rabu.

Data ekonomi yang positif tentu bakal menarik minat investor untuk membenamkan uangnya di Indonesia termasuk lewat jalur pasar modal. Sebaliknya, kegagalan program vaksinasi akan memperlambat proses pemulihan ekonomi yang pada akhirnya akan membuat investor kabur.

“Jadi harus benar-benar vaksin ini efektif untuk tekan angka penularan baru ekonomi bisa pulih cepat. Investor akan lebih percaya ke Indonesia. Kalau sudah percaya, tanam modal kemudian akan membangun rekrutmen baru. Kan itu akan bantu memulihkan perekonomian RI setelah tahun lalu ada gelombang PHK,” tandas dia.

Baca juga artikel terkait PASAR MODAL atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino