Menuju konten utama

Warga Kota dan Anak Muda Lajang di Indonesia Paling Bahagia

Kelompok warga Indonesia yang tinggal di kawasan perkotaan, atau kalangan berusia di bawah 24, dan orang yang masih berstatus lajang memiliki indeks kebahagian tertinggi.

Warga Kota dan Anak Muda Lajang di Indonesia Paling Bahagia
Ilustrasi. Seorang pebisnis muda sedang berdiri diatas gedung dengan ekspresi bahagia. Foto/iStock.

tirto.id - Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017, yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, menyimpulkan warga perkotaan lebih bahagia ketimbang mereka yang tinggal di desa.

Kesimpulan itu berdasarkan hasil survei BPS yang melibatkan 72.317 rumah tangga di 487 kota/kabupaten. Hasil survei itu mencatat memiliki indeks kebahagiaan warga di perkotaan sebesar 71,64. Sementara indeks kebahagiaan masyarakat pedesaan hanya 69,57.

“Dengan catatan agak berbeda. Kalau untuk orang kota, bahagia lebih kepada kepuasan hidup personal. Pendidikan lebih bagus, pendapatan lebih bagus, pekerjaan juga demikian. Dari segi fasilitas juga menunjang,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di kantornya pada Selasa (15/8/2017) siang.

Meskipun begitu, menurut Suhariyanto, masyarakat pedesaan di Indonesia memiliki angka kepuasan hidup sosial yang lebih tinggi ketimbang mereka yang bermukim di kota.

“Di desa, hubungan sosial dengan tetangga lebih nyaman, keadaan lingkungan dan keamanan pun demikian,” kata dia.

Anak Muda Lajang di Indonesia Jadi Warga Paling Bahagia

Survei BPS juga mencatat kelompok masyarakat Indonesia, yang belum menikah (lajang), memiliki angka indeks kebahagiaan tertinggi dibanding mereka yang sudah berkeluarga.

Sebaliknya, mereka yang sudah bercerai dari pasangannya memiliki indeks kebahagiaan terendah dibanding kelompok lain.

“Yang paling tidak bahagia adalah yang cerai hidup (angka indeks 67,83). Kalau single paling happy, yang menikah turun sedikit (di angka 71,09). Lalu untuk yang cerai mati ada di angka 68,37,” kata Suhariyanto.

Faktor lain yang membuat indeks kebahagiaan orang Indonesia menurun adalah menuanya usia. Kelompok warga berusia tua memiliki indeks kebahagiaan terendah. Sedangkan warga berusia sebelum 24 tahun menjadi kelompok paling bahagia.

“Kebahagiaan menurun ketika semakin tua. Sebelum usia 24, itu paling happy (angka indeks 71,29),” kata Suhariyanto.

Sebabnya, menurut dia, karena kebanyakan orang Indonesia kurang memikirkan persiapan masa pensiun. Kondisi ini berbeda dengan penduduk di negara maju yang memiliki perhatian besar di urusan persiapan masa pensiun.

Warga Provinsi Maluku Utara Paling Bahagia

Survei BPS juga menyimpulkan penduduk di provinsi Maluku Utara memiliki indeks kebahagiaan tertinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia. Indeks kebahagiaan warga di Maluku Utara mencapai 75,68.

Sedangkan indeks kebahagiaan terendah dimiliki oleh penduduk di Papua, yakni hanya 67,52. Survei BPS menyimpulkan faktor minimnya fasilitas penunjang kualitas kehidupan dasar di Papua membuat indeks kebahagiaan warga di sana paling rendah dibanding semua provinsi.

“Ini bisa dipahami dari per subdimensi personalnya, seperti pendidikan, pendapatan, dan kondisi rumah. Hal-hal seperti itu memengaruhi apa yang terjadi dengan masyarakat di Papua,” kata Suhariyanto.

Secara keseluruhan, hasil survei yang dilakukan BPS di sepanjang April 2017 tersebut menunjukkan indeks kebahagiaan orang Indonesia pada umumnya ada di angka 70,69, dari skala 1-100.

Dalam melakukan survei, BPS menggunakan tiga indikator yang disebut sebagai dimensi penyusun, yakni makna hidup, kepuasan hidup, dan perasaan. Untuk ketiga dimensi tersebut berturut-turut, BPS menemukan indeks yang masing-masingnya sebesar 72,23 persen, 71,07 persen, dan 68,59 persen.

BPS pernah melakukan survei terakhir tentang tingkat kebahagiaan orang Indonesia pada 2014. Akan tetapi, indikator yang digunakan saat itu hanyalah pengukuran dimensi kepuasan hidup.

“Untuk perkembangan indeks kebahagiaan Indonesia, indikator paling tinggi ada pada indeks keharmonisan keluarga sebesar 80,05, dan indikator paling rendah ialah indeks pendidikan dan keterampilan, sebesar 59,90,” ujar Suhariyanto.

Baca juga artikel terkait KEBAHAGIAAN atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom