Menuju konten utama

Warga Australia Ditahan di Cina Atas Tuduhan Spionase

Yang Hengjun, seorang aktivis pro-demokrasi resmi ditahan pada Jumat (23/8/2019) di Beijing. 

Warga Australia Ditahan di Cina Atas Tuduhan Spionase
Ilustrasi Penjara. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Yang Hengjun (53), seorang warga negara Australia ditangkap di Cina atas dugaan spionase. Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne menyatakan pada Selasa (27/8/2019) bahwa Yang Hengjun, seorang aktivis pro-demokrasi yang cukup vokal, ditangkap di Beijing.

"Kami sangat khawatir dengan keadaan Dr. Hengjun dan tentang dugaan penahanannya," ujar Payne, dilansir Aljazeera.

Yang Hengjun yang merupakan kelahiran Cina itu ditahan tanpa alasan di kota utara Gungzhou pada Januari, di tengah tegangnya hubungan Cina-Australia terkait perdagangan. Dia resmi ditahan pada Jumat (23/8/2019).

Payne menambahkan, jika Hengjun ditangkap karena pandangan politiknya, ia seharusnya dibebaskan.

"Kami mengharapkan aturan standar dan prosedur keadilan dilakukan di sini," tegasnya.

Yang Hengjun dilaporkan bekerja untuk Kementerian Luar Negeri Cina sebelum pindah ke Australia, yang mana ia kemudian bekerja sebagai penulis dan akademisi.

Cina diam-diam memproses tuduhan mereka terhadap Hengjun dan menolak memberikan akses konsuler.

Hal tersebut secara tidak langsung memunculkan kekhawatiran terhadap hubungan diplomasi Cina-Australia.

Australia makin khawatir dengan pengaruh politik dalam negeri Cina dan meningkatnya pengaruh militer Cina di kawasan Asia Pasifik.

Sedangkan, spionase sendiri dapat dikenai hukuman mati di Cina. Penangkapan Yang Hengjun, yang bernama asli Yang Jun, terjadi setelah upaya Cina meredam aksi protes anti-pemerintahan Cina di Hong Kong.

VOA melansir, Cina tidak mengizinkan Yang memiliki akses untuk ke pengacara atau keluarga sejak penahanannya, meskipun pihak kedutaan Australia di Cina mengunjunginya tujuh kali sejak Januari.

Salah seorang rekan akademisi Yang di Universitas Teknologi di Sydney, Feng Chongyi, menyebut bahwa penahanan rekannya tersebut sangatlah serius.

"Ini sungguh memalukan. Mereka tidak memberikan bukti untuk tuduhan bernuansa politis ini," kata Feng.

Yang Hengjun dikenal dengan beberapa tulisannya tentang demokrasi, hingga tahun 2000 ia mendapat julukan "penjual demokrasi", meskipun baru-baru ini ia menghindari topik yang berkaitan dengan politik Cina.

Di sisi lain, Cina diduga menekan upaya demokrasi. Penahanan Yang Hengjun jelas menyiratkan hal tersebut.

Yang Hengjun bukanlah yang pertama, sebelumnya, beberapa warga Australia dikenai hukuman penjara di Cina, termasuk mantan kepala bisnis penambangan besi Cina Rio Tinto, Stern Hu, yang dihukum pada 2010 atas tuduhan korupsi dan mencuri rahasia komersil.

Pengacara Yang Hengjun, Robert Stary memberikan komentar terkait penahanan kliennya.

"Mereka tidak menyebut secara spesifik yang dimaksud spionase itu apa. Tapi kami diberi tahu bahwa tindakan spionase [yang dilakukan Yang Hengjun] berkaitan dengan kegiatannya sebagai aktivis demokrasi," dikutip South China Morning Post.

Saat penahanannya, Menteri Luar Negeri Cina menyatakan Yang Hengjun diinvestigasi atas dugaan aktivitas kriminal yang membahayakan keamanan nasional.

"Kita tidak tahu detail mengenai penahanan Yang Hengjun, namun pemerintah Cina memiliki reputasi menyebarkan tuduhan 'keamanan nasional' untuk menuntut kedamaian," ujar Yaqiu Wang, seorang peneliti untuk Human Right Watch.

Baca juga artikel terkait SPIONASE atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo