Menuju konten utama

Warga AS Dideportasi Cina Setelah Ditahan sebagai Mata-Mata

Pengadilan Cina memerintahkan agar Sandy, warga AS, diusir dari negara itu setelah menghukumnya selama 3,5 tahun penjara atas aksi mata-mata.

 Warga AS Dideportasi Cina Setelah Ditahan sebagai Mata-Mata
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berbincang dengan Presiden China Xi Jinping di wilayah bagian Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida, AS, Kamis (6/4). ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria.

tirto.id - Setelah ditahan selama dua tahun tanpa proses peradilan, seorang warga Amerika Serikat (AS) yang dihukum sebagai mata-mata telah dideportasi Cina pekan ini.

Warga AS tersebut, Sandy Phan-Gillis, ditangkap pada Maret 2015 saat akan meninggalkan Cina daratan menuju Makau, wilayah China bekas jajahan Portugis.

Pengadilan Cina pada Selasa (25/4/2017) waktu setempat memerintahkan agar Sandy diusir dari negara itu setelah menghukumnya selama 3,5 tahun penjara atas aksi mata-mata.

Sandy meninggalkan Cina pada Jumat (28/4/2017), dari kota selatan Guangzhou dan tiba di Los Angeles pada hari yang sama, demikian kata suami Sandy, Jeff Gillis, melalui pernyataan yang dilansir dari Antara, Minggu (30/4/2017).

Namun, Pemerintah Cina hingga belum memberikan keterangan rinci menyangkut dakwaan yang dikenakan terhadap Sandy. Kuasa hukum Sandy mengatakan, pihaknya tidak dapat mengungkapkan rincian kasus tersebut karena menyangkut "rahasia negara."

Suami Sandy mengatakan Cina menuduh istrinya masuk ke negara itu dua kali untuk menjalankan misi spionase pada 1996 serta bekerja dengan Biro Penyelidik Federal AS untuk menangkap dua mata-mata Cina di Amerika serikat dan menjadikan mereka agen ganda.

Pengusiran dilakukan pada saat hubungan Cina dan Amerika Serikat sedang menghangat setelah Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping di Florida pada awal April.

Sementara itu, dalam sebuah wawancara, Trump menyebut Xi sebagai "orang baik" dan memuji Presiden Cina itu atas upayanya menekan Korea Utara untuk menghentikan pengembangakan senjata nuklir dan peluru kendali jarak jauh.

Seorang pejabat pada Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya tahu soal pengusiran Sandy.

"Amerika Serikat mengucapkan selamat kembali ke tanah air [bagi Sandy]," kata pejabat yang tidak bersedia diungkapkan jati dirinya itu.

Negosiasi bagi pembebasan Sandy ditingkatkan ketika Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson melakukan kunjungan ke Beijing pada Maret, menurut yayasan yang berpusat di San Francisco, Dui Hua Foundation.

"Sandy sangat senang bisa berkumpul kembali dengan teman-teman dan keluarga, dan menyampaikan terima kasih kepada banyak orang yang tanpa kenal lelah telah membantu pembebasannya," kata Gillis.

Baca juga artikel terkait SPIONASE atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Hukum
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari