Menuju konten utama

Wapres Yakin Industri Sawit Tetap jadi Pilar Ekonomi Nasional

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menuturkan, industri kelapa sawit dan produk turunannya masih menjadi pilar penting bagi ekonomi nasional.

Wapres Yakin Industri Sawit Tetap jadi Pilar Ekonomi Nasional
Wakil Presiden Ma'ruf Amin (tengah) didampingi Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono (kiri), KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali (kedua kanan), Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL) Laksamana Muda TNI Denih Hendrata (kanan) dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak (kedua kiri) menyampaikan keterangan pers usai memberikan kuliah umum di Akademi Angkatan Laut (AAL), Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/nym.

tirto.id - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin optimistis industri kelapa sawit dan produk turunannya masih menjadi pilar penting bagi ekonomi nasional. Hal itu disampaikan Ma'ruf saat membuka Musyawarah Nasional ke-11 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Tahun 2023, di Istana Wapres, Jumat (3/3/2023).

"Saya mempunyai keyakinan, industri sawit ke depan akan tetap menjadi pilar penting bagi perekonomian nasional," kata Ma'ruf dikutip dari Antara.

Dia menjelaskan industri kelapa sawit menjadi salah satu tumpuan sumber pendapatan negara. Pada 2022, devisa ekspor dari industri kelapa sawit mencapai 39,28 miliar dolar AS dan menjadi rekor tertinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Kelapa sawit merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia, yang patut kita syukuri. Kondisi tanah dan iklim Indonesia memungkinkan sawit tumbuh subur, sehingga mampu memberi sumbangan positif terhadap perekonomian," bebernya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan sepertiga kebutuhan minyak nabati dunia dipenuhi dari kelapa sawit, dan diperkirakan permintaan produk sawit untuk pangan atau oleofood akan mencapai 106,16 miliar dolar AS pada 2035. Kemudian untuk industri oleokimia mencapai 190 miliar dolar AS.

"Potensi ini harus kita manfaatkan dengan baik. Industri kelapa sawit juga mampu menyediakan lapangan kerja yang berlimpah bagi kurang lebih 16,2 juta tenaga kerja, baik langsung maupun tidak langsung, artinya perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan bukan lagi sebuah pilihan, melainkan keharusan," bebernya.

Dia juga menjelaskan pemerintah terus meningkatkan tata kelola kelapa sawit. Salah satunya melalui Rencana Aksi Nasional Perkebunan Sawit Berkelanjutan Tahun 2019-2024.

"Sasaran yang ingin dicapai, antara lain peningkatan kapasitas dan kapabilitas pekebun, penyelesaian status dan legalisasi lahan, pemanfaatan kelapa sawit sebagai energi baru terbarukan, serta penguatan diplomasi untuk mencapai perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan," bebernya.

Upaya tersebut dapat lebih cepat terwujud apabila seluruh pemangku kepentingan melakukan peranan terbaiknya, tidak terkecuali peran GAPKI sebagai pelaku usaha.

Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono secara khusus menyoroti soal pembayaran penggantian selisih harga jual dengan harga keekonomian minyak goreng (rafaksi) belum juga dibayarkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebesar Rp344 miliar pada periode 19-31 Januari 2022, mengatakan bahwa proses verifikasi masih berlangsung.

"Sedang dilakukan karena itu harus dilakukan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga saat ini sedang dalam proses penunjukan karena ini sudah pernah, tetapi ada perbaikan. Jadi, intinya ini masih menunggu proses identifikasi dan nanti ada rekomendasi dari Kemendag dan Kementerian Perindustrian baru ke BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) akan membayar," kata Joko.

Baca juga artikel terkait PASAR SAWIT

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin