Menuju konten utama

Wapres JK: Impor Harus Dikurangi untuk Perbaiki Neraca Perdagangan

“Dua hal yang menyebabkan perdagangan kita defisit yakni impor migas yang terlalu besar dan ekspor kita naik," kata JK. 

Wapres JK: Impor Harus Dikurangi untuk Perbaiki Neraca Perdagangan
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berpidayo saat menghadiri peringatan hari Hak Asasi Manusia (HAM) internasional di gedung Komnas HAM, Jakarta, Selasa (11/12/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengimbau agar mengurangi impor migas apabila ingin mengatasi masalah defisit neraca perdagangan. Tak hanya itu, Jusuf Kalla juga menilai, laju impor yang ditekan harus dibarengi dengan menaikan kapasitas ekspor dari dalam negeri.

“Dua hal yang menyebabkan perdagangan kita defisit yakni impor migas yang terlalu besar dan ekspor kita naik, tapi [kenaikannya] tidak sebesar [nilai] impor kita. Artinya kita harus lebih meningkatkan kapasitas dalam bidang energi,” kata Jusuf Kalla (JK) di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta pada Kamis (17/1/2019).

Dengan demikian, kata JK, produksi barang dari dalam negeri harus ditingkatkan nilai tambahnya. Pasalnya, menurut dia, peningkatan nilai tambah itu berdampak pada penyelesaian masalah yang terjadi selama ini, sehingga bisa mendorong perbaikan pada neraca perdagangan.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), defisit neraca perdagangan Indonesia di sepanjang 2018 mencapai 8,57 miliar dolar AS. Angka itu disebut sebagai defisit neraca perdagangan Indonesia paling parah sejak 1975.

Secara year-on-year, defisit disebabkan karena terjadinya lonjakan impor sebesar 20,15 persen. Pada 2017, nilai impor pada neraca perdagangan tercatat sebesar 156,99 miliar dolar AS, namun pada 2018 angkanya menjadi 188,63 miliar dolar AS.

Sementara untuk nilai ekspornya hanya mengalami pertumbuhan sebesar 6,65 persen secara year-on-year, yakni dari 168,83 miliar dolar AS menjadi 180,06 miliar dolar AS.

Selain masih memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan nilai tambah pada produk dalam negeri, Jusuf Kalla juga mengatakan bahwa Indonesia harus beradaptasi dengan kondisi perekonomian global. Menurutnya, perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina turut memengaruhi perubahan karakter perdagangan pada kedua negara itu.

Namun, Jusuf Kalla mendorong agar dinamika perekonomian global itu tak lantas membuat Indonesia menjadi ciut. Ia mengimbau agar Indonesia memanfaatkan momentum ini serta memperbaiki perjanjian dagangnya dengan sejumlah kawasan seperti Uni Eropa dan Australia.

“Tentu ada efek negatifnya [dari perang dagang], yakni pasar menjadi kecil. Tapi di lain pihak ada keuntungan besar juga. Kita berusaha sebanyak-banyaknya untuk membuka kesempatan perdagangan,” ujar Jusuf Kalla.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN atau tulisan lainnya

tirto.id - Ekonomi